Monday, 29 April 2013

Kuliner : Nasi Gudangan yang Gizinya Segudang

Hari Minggu adalah hari bersantai bagi para anak kos. Bagi yang tidak mudik, banyak sekali pilihan yang bisa dikerjakan untuk memulai hari, ada yang mencuci baju selemari, ada yang kos spa (sebutan untuk home spa-nya anak kos), dan ada juga yang berolahraga. Bagi kami anak kos di kawasan kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES), apapun aktivitasnya pastilah tidak akan melewatkan untuk menyantap menu khas sarapan hari Minggu kami, yakni Sego Gudangan (Nasi Gudangan). Ada saja yang mau menjadi relawan untuk membelinya.

Nasi Gudangan ala Rumah atau Restoran
Nasi Gudangan ala Mahasiswa
Dalam satu bungkus nasi Gudangan seharga 2500 rupiah itu berisi nasi putih, sayuran rebus/kukus (daun singkong, daun bayam, daun pepaya), bumbu urap (kelapa parut dibumbu merah), bihun kecap, dan rempeyek ikan asin, serta sambal. Porsinya? Sangatlah cukup untuk mengganjal perut kami yang sedang asyik ajojing. Murah kan?! Saat ini, nasi Gudangan memang sudah banyak dijumpai, terutama di wilayah Semarang, Demak, Jepara. Padahal dulunya, nasi Gudangan hanya dijumpai pada saat upacara tradisional seperti peringatan weton lahir, nujuh bulan, nedhak siten, syukuran pembuatan rumah, acara peringatan hari kemerdekaan Indonesia, dan berbagai upacara tradisional lainnya.

Nasi Gudangan memang murah, tetapi coba kita lihat satu persatu kandungan gizi tiap bahan yang ada di dalamnya, semurah harganya atau justru sebaliknya.

Nasi Putih dan Bihun
Semangkuk nasi putih masak menurut www.fatsecret.com mengandung kalori 204 kkal, karbohidrat 44,08 gr, protein 4,2 gr, dan lemak 0,44 gr. Sedangkan bihun terbuat dari tepung jagung. Tepung jagung juga mengandung karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber tenaga bagi tubuh.

Daun Singkong, Daun Bayam, dan Daun Pepaya.
Sayuran mengandung banyak serat untuk melancarkan proses buang air besar, karena sifat serat yang menyerap air sehingga sisa makanan yang berada di usus besar menjadi lembek dan mudah dikeluarkan. Selain itu, daun singkong dan daun bayam kaya akan mineral zat besi (Fe) yang sangat bagus untuk membantu proses pembentukan sel darah merah. Sayuran hijau juga mengandung beberapa jenis vitamin, terutama vitamin A yang bagus untuk kesehatan mata, vitamin B1 (asam folat) untuk pertumbuhan otak pada janin, dan vitamin C untuk menjaga kekebalan tubuh. Namun, disarankan agar kita segera mengkonsumsi sayur bayam setelah kita membeli nasi gudangan, karena jika terlalu lama maka di dalam bayam akan terbentuk senyawa Nitrit yang berbahaya untuk tubuh.

Bumbu Urap (Kelapa parut)
Sudah tahu dong kalau daging kelapa mengandung lemak nabati. Eits..jangan syok atau manyun dulu, karena sebenarnya lemak juga dibutuhkan tubuh sebagai cadangan tenaga. Toh parutan kelapa pada bumbu urap ini tidak banyak, jadi tidak perlu khawatir kegemukan. Di dalam bumbu urap juga terdapat kencur yang baik untuk melegakan tenggorokan dan pengencer dahak untuk orang yang terkena batuk berdahak.

Rempeyek Ikan Asin
Ikan asin adalah ikan air laut yang ditambahi garam lalu dikeringkan agar awet. Walaupun ikan asin ini sudah melalui tahap penjemuran, tetapi gizi yang ada di dalamnya masih banyak, yaitu protein sebanyak 36,52 gr, kalori sebesar 164 kal, lemak 1,34 gr, kalsium 0,09 gr, dan zat besi 0,08 gr per 100 gram ikan asin. Protein diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak. Sedangkan kalsium diperlukan untuk membantu proses pembentukan tulang dan menguatkan tulang.

Sambal
Bahan dasar sambal adalah cabai. Walaupun rasanya yang pedas, cabai ternyata memiliki kandungan vitamin C yang sangat besar.

Bagaimana? Lengkap bukan kandungan gizi dalam sebungkus nasi gudangan. Walaupun mahasiswa mengincar kuliner yang satu ini karena murah dan mengenyangkan, namun ternyata sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi mereka. Oh iya.. mengapa dalam nasi Gudangan ada ikan asinnya? Mungkin disebabkan karena nasi gudangan merupakan salah satu kuliner khas daerah Semarang, Demak, dan Jepara yang notabenenya adalah daerah pesisir utara Pulau Jawa.

Jadi, siapa yang mau mencoba kuliner warisan nenek moyang yang satu ini?? Mari kita jelajahi gizi kuliner khas Indonesia, salah satunya :

Nasi Gudangan yang Gizinya "Segudang"


 
Sumber :
  • http://www.fatsecret.com/
  • http://daridapurdwek.blogspot.com/2012/09/sego-gudangan-sebagai-bancaan-weton.html
  • http://id.openrice.com/surabaya/restaurant/article/detail.htm?article_id=1013 
  • http://www.nutrisijiwa.com/kandungan-gizi-yang-terdapat-dalam-bayam/ 
  • http://keju.blogspot.com/1970/01/isi-kandungan-gizi-daun-pepaya-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html 
  • http://keju.blogspot.com/1970/01/isi-kandungan-gizi-daun-singkong-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html 
  • rahaditeguh.blogspot.com

Wednesday, 24 April 2013

Intermezo : Hari Angkutan Umum Nasional, 10 Angkutan Umum di Indonesia

Indonesia memang memiliki banyak hari peringatan, bisa anda lihat di sini. Ada yang jadi tanggal merah, karena diperingati oleh banyak orang, dan ada yang tidak. Hari ini, tanggal 24 April merupakan Hari Angkutan Umum Nasional. Tidak terdengar gemanya, tapi melekat pada kehidupan sehari-hari kita. 

Menurut KBBI daring, angkutan adalah 1 barang-barang (orang-orang dsb) yg diangkut; 2 cara mengangkut; sedangkan umum adalah 1 seluruhnya atau semuanya; secara menyeluruh, tidak menyangkut yg khusus (tertentu) saja; 2 a untuk orang banyak; (untuk orang) siapa saja; 3 n orang banyak; khalayak ramai; 4 v tersiar (rata) ke mana-mana; (sudah) diketahui orang banyak. Jadi angkutan umum adalah cara mengangkut orang banyak (mungkin lebih tepat ke alat ya). Angkutan umum di Indonesia sangat banyak ragamnya, mulai dari yang nonmesin sampai yang bermesin.

Berikut beberapa jenis angkutan umum di Indonesia.
1. CIKAR
Ini bukan sapi lagi narik rumah, ini adalah cikar, angkutan umum tradisional yang ditarik oleh dua sapi. Hampir mirip dengan andong atau bendi hanya saja bagian untuk penumpangnya lebih panjang dan bagian sampinya tertutup.

2. ANDONG/BENDI
Angkutan umum ini mungkin sudah dikenal oleh banyak orang ya.

3.  BECAK

Bentor (Becak Motor), Medan
 
4. PERAHU LAYAR
Perahu Pinisi
 

5. BUS

KOPAJA

6. BEMO
bemo ini kendaraan beroda tiga, hampir mirip dengan bajaj. Bemo bisa memuat 7 penumpang, satu di depan dekat supir, 6 lainnya berimpit di belakang (lutut saling sentuh).

7. BAJAJ
Bajaj juga termasuk kendaraan beroda tiga. Hanya saja jumlah penumpang dalam keadaan normal maksimal 2 orang di belakang supir.

8. ANGKOT
Mikrolet
Angkot VVIP
9. PESAWAT


10. OJEK
Ojek sepeda
Itulah sepuluh jenis angkutan umum yang bisa saya rangkum. Terlepas dari banyaknya kabar buruk tentang angkutan umum di Indonesia, semoga angkutan umum di Indonesia tidak punah, tetapi justru dibenahi dan diperindah. Saya yakin, jika angkutan umum kita nyaman, murah, dan aman, masyarakat dengan sendirinya akan lebih memilih angkutan umum dibanding kendaraan pribadi. Selanjutnya akan lebih mengurangi polusi udara.

Selamat Hari Angkutan Umum Nasional...!!! Mari naik angkutan umum..!!! ^_^

Sumber :
Dari berbagai sumber dengan kata kunci pada gambar (google image)
http://www.tamanmini.com/museum/museum-transportasi-2
http://kbbi.web.id/

Curhat : Adik Menikah Duluan, Memangnya Kenapa?


Saya mempunyai dua orang adik perempuan, keduanya sudah menikah dan menjadi seorang ibu. Si bungsu putrinya sudah 4 tahun, dan si Tengah jagoannya hampir 1 tahun (jagoan, karena adik saya mengalami 3 kali keguguran, sebelum hamil si jagoan). Sedangkan saya baru 1,5 tahun menikah dan belum menjadi ibu. Bingung? Jangan ya. Dari judul postingan ini saja sudah terlihat kalau adik-adik saya menikah terlebih dulu. Sedikit cerita di sini.

Dulu sewaktu pernikahan adik saya yang bungsu, ibu-ibu bagian dapur (semua pernikahan kami bertiga dilangsungkan di rumah) selalu bilang kepada saya "Yang sabar ya Ris, pasti nanti kamu bakal dapat jodoh". Dahi saya mengerut, tapi tetap saya jawab "Amiiin..terimakasih doanya Budhe..". Berlanjut juga ketika adik tengah menikah. "Kok kamu mau sih dilangkahi dua adikmu, nanti jadi perawan tua lho" "Kesabaranmu dipanjangin ya nak, jodoh itu enggak akan kemana" dan masih banyak lagi komentar-komentar para tetangga. Panas telingaku? Alhamdulillah enggak, kalau komentarnya bernada doa, langsung saya amini, kalau nadanya miring, saya hanya tersenyum. Memangnya kenapa sih kalau kakak didului adiknya menikah?

Ternyata di desa saya, masih banyak orang yang percaya pada mitos, bahwa jika seorang perempuan didului oleh adiknya untuk menikah, maka si perempuan itu akan menjadi perawan tua, alias jodohnya lama. Wuiiihhh..kejam sekali mitosnya ya. Itulah makanya banyak yang berkomentar seperti itu. Bahkan ada yang tidak mau sama sekali didului. Nah, bagaimana ceritanya kalau si kakak perempuan ini memang belum punya niatan untuk menikah, atau belum siap, atau banyak lagi penyebab lainnya? Sedangkan si adik sudah siap dan sudah mempunyai calon? Harus menunggu sampai berapa lama? Padahal jika laki-laki atau perempuan sudah bersama dan mempunyai perasaan suka sama suka, syetan lah yang berada di tengah mereka. Dibisikinya mereka untuk berbuat yang "iya-iya". Alhamdulillah jika iman adik kita kuat, jika tidak, naudzubillah.. jangan sampai. Saya menyalahkan si kakak? Enggak sama sekali. Hanya mengajak berfikir realistis.

Jodoh kita pasti ada, entah kapan waktunya kita akan bertemu. Mungkin dia adalah orang yang kita kenal dekat, atau orang jauh yang baru beberapa minggu bertemu. Siapa yang tahu? Kalau adik kita ingin menikah, karena dia sudah mantap, calon suaminya baik dan sayang padanya dan keluarga, kenapa tidak diizinkan? Buktinya saja saya, walau sudah didului oleh dua orang adik saya, Alhamdulillah setahun kemudian saya menikah dengan laki-laki yang saya cintai.

Jodoh itu memang tidak akan kemana.. jadi jangan terlalu khawatir ya.. Tuhan itu menyayangi semua makhlukNya kok. Rumput saja diberi jodoh, walau serbuk sarinya harus menempuh jarak ratusan kilometer untuk bertemu putik.

Semoga mitos yang seperti saya sebutkan di atas akan terkikis oleh waktu. Amiiiiin...

Sumber gambar : www.sandhillsweddingexpo.com

Sunday, 21 April 2013

Curhat : Temanku, Kartini Muda Pelestari Budaya

Persiapan Pentas Tari Saman
Hari ini adalah Hari Kartini untuk masyarakat Indonesia. Kartini mewakili semangat para wanita Indonesia untuk diperlakukan sama dengan pria dalam hal pendidikan, dan pergaulan. Namun, tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang wanita. 

Di tengah derasnya arus globalisasi, dimana dunia sudah semakin sempit karena teknologi, dimana banyak anak muda yang terlena dengan budaya "modern" menurut versi mereka, apakah semangat Kartini itu masih ada? Apakah ada Kartini muda yang mau mencintai budaya leluhurnya? Tentu masih ada. Salah satunya adalah teman saya. Mungkin jika dia membaca postingan ini, pasti dia akan meminta saya untuk menghapusnya.

Gladi resik Peringatan 1 Muharam, tari Rantak
Dia masih diawal 20 tahunan ketika saya pertama mengenalnya, yaitu ketika saya pertama mengajar di Madrasah Aliyah di Jakarta. Dia mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Orangnya sederhana, tidak neko-neko. Kemudian saya baru tahu kalau dia bisa menari, bukan modern dance yang sering ditarikan anak-anak muda sekarang, melainkan tari tradisional. Suatu saat saya bertanya kenapa dia mau menarikan tari tradisional dibanding dengan modern dance, jawabnya "Saya cinta". Dia menyukai tari yang gerakannya rantak semangat. Saya kagum. 

Bukan hanya itu saja, dia masih mau untuk terus belajar tentang tari tradisional yang lain, seperti mengikuti workshop tari. Dia juga tidak pelit ilmu, justru dia senang mengajarkan ilmu tari yang dimilikinya kepada anak-anak. Dia juga menjadi salah satu relawan mengajar di sebuah PKBM di Jakarta. Hmm.. saya tambah salut. Lalu rasa salut saya bertambah ketika tahu bahwa dia sudah tidak berayah beribu.

Miss.. semangatmu mengajarkanku bersyukur, mengajarkanku untuk pantang menyerah, dan mengajarkanku untuk berbagi, walau usiaku lebih tua darimu. Karena Kartini muda sepertimu, negeri yang "kocak" ini masih tetap berwibawa, dan masih tetap terjaga budayanya. Semoga semakin banyak bermunculan Kartini-Kartini muda pelestari budaya, dan pembela negara sepertimu.

..SELAMAT HARI KARTINI..

Curhat : Puji Rahayu dan Butet Manurung, Dua Wanita Yang Sangat Menginspirasi Saya

Sekarang saya adalah seorang pengajar (guru kalau orang bilang) sebuah Madrasah Aliyah di Jakarta. Saya memang ingin sekali menjadi seorang pengajar. Keinginan atau lebih tepat disebut dengan cita-cita itu sudah saya tetapkan semenjak kelas 4 SD. Sejak saya diajar oleh seorang guru yang sangat baik, lemah lembut namun tegas, yaitu almarhumah Ibu Puji Rahayu. Hal itu pernah saya utarakan kepada teman-teman saya dalam sebuah obrolan santai. Teman-teman berkata mengapa bukan ibu kamu yang menginspirasi kamu, kan beliau juga seorang guru? Ya, ibu saya adalah seorang guru SD juga, tempat beliau tidak pernah tergantikan dalam hidup saya. Namun, saya memilih Ibu Puji Rahayu ini karena beliaulah yang membuat hati saya bergolak untuk menjadi seperti beliau.

Ibu Puji Rahayu, saat Kartinian di SD Pruwatan 3
Beliau meninggal dalam usia yang masih muda, sekitar 40 tahunan (saya kurang tahu persis angkanya). Namun, pelajaran yang beliau berikan masih sangat meresap dalam sanubari saya. Beliau mengajar dengan penuh kesabaran, namun ada saatnya beliau tegas tetapi tidak marah. Beliau hapal dengan lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah. Beliau bisa menari daerah. Beliau sangat santun, dan beliau bisa menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan. Mulai saat itulah, seorang Riski kecil kagum dengannya dan memutuskan untuk menjadi seperti dirinya, menjadi seorang pengajar.

Butet Manurung ketika mengajar anak-anak rimba
Namanya anak kecil, cita-cita itu sempat berubah ketika saya SMA kelas 2. Waktu itu saya berkeinginan untuk menjadi seorang dokter. Namun, mungkin Tuhan berkehendak agar saya tetap bercita-cita menjadi seorang pengajar. Saya menonton tv yang pada saat itu acaranya membahas tentang sekolah anak-anak pedalaman. Saat itu saya mulailah mengenal sosok Butet Manurung. Seorang relawan yang mau berkorban harta, dan raganya agar anak-anak rimba pedalaman Taman Nasional Kerinci Seblat bisa membaca dan menulis. Keberanian, kesabaran dan pengorbanannya menyalakan bara api semangat saya lagi untuk menjadi seorang pengajar.

Dua wanita itu sungguh seorang wanita yang tangguh. Ibu Puji, walaupun beliau tidak terkenal layaknya Kartini, namun beliau tetap mengabdi terhadap bangsa, suami, orang tua dan anak-anaknya dengan ikhlas dan sepenuh hati. Beliau adalah sebenar-benarnya pahlawan tanpa tanda jasa kepahlawanan. Saya menangis kehilangan saat saya mendapat kabar kepergian beliau menemui Allah SWT karena kanker otak. Butet Manurung, seorang permpuan yang mau kurus dan menjelajah rimba dengan sabar dan tekad yang kuat agar anak-anak rimba itu bisa membaca dan menulis. Agar mereka bisa bersuara kepada pemerintah tentang keluh kesah mereka mengenai semakin berkurangnya lahan mereka untuk berteduh dan mencari makan. Dua wanita itu yang sampai sekarang menjadi penyulut semangat saya untuk tetap mengajar dengan sepenuh hati dan ikhlas.

Semoga semangat mereka bisa menyebar kepada seluruh pemuda Indonesia, aamiin.

Sumber gambar:
Dokumen SD Pruwatan 3, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah
fikrohjameelah.blogspot.com 

Curhat : Aku, Srikandi?

Setelah cari-cari foto di file pribadi, di album Facebook sendiri atau teman-teman dekat. Akhirnya saya menemukan juga foto yang ingin saya ikutkan kontes unggulan "Sehari Menjadi Srikandi".

Foto itu diambil oleh salah seorang siswa saya, saat saya sedang memberi arahan tentang tatacara game yang akan mereka laksanakan. Game itu saya adakan saat liburan sekolah di Pantai Sundak Yogyakarta, postingannya bisa dilihat di sini.

Acara liburannya bertema backpacker, jadi gamenya juga saya bikin sesimpel mungkin, tapi tetap menarik dan ceria. Hehe.. gamenya cari karang yang sudah mati sebanyak 10 jenis berbeda-beda di tempat yang sudah saya tentukan. Pesertanya dibuat berkelompok, satu kelompok terdiri dari 3 siswa. Yang membuat menarik adalah kaki mereka saya ikat sepasang-sepasang. Lucu sekali waktu mereka berusaha berlari dari garis start ke tempat pencarian karang, pas sekali kalau diikuti backsound lagu "Jatuh Bangun" hahahaha... (maaf saya tidak bisa menahan tawa saya). Makna game ini adalah kebersamaan, strategi, toleransi, dan menguji pengetahuan mereka tentang Biologi.

Hadiahnya juga simpel, yaitu notebook, namun notebook itu handmade (tapi tidak tulisan pada notebooknya), saya membuatnya sendiri sebagai sumbangan saya untuk acara ini. Jadi berasa sekali kan kerja kerasnya. Senang melihat siswa saya senang.


Selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan di Indonesia..!!
Sebetulnya kita sudah menjadi Kartini-Kartini yang hebat
Untuk keluarga, teman, atau orang lain.
Tetap pegang teguh keperempuanan, kesantunan, dan ketaatan kita..
Selamat berjuang Kartini Indonesia..!!

Foto ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Sehari Menjadi Srikandi

Saturday, 20 April 2013

Pengorbanan Semanis Madu



Ketika lebah menghisap madumu bunga ...
Sarimu kau serahkan tuk menghidupinya ...

Ketika lebah menghisap madumu bunga ...
Kau tahu bahwa inilah saat cantikmu pudar ...


Ketika lebah menghisap madumu bunga ...
Kau tahu kau kan menjadi buah ...


Ketika ku hisap madumu bunga ...
Terimakasih kuucapkan ...
Karena manisnya madu yang kau berikan ...
Ku hidupi ratu dan anak-anak ku ...
Karena madumu bunga ...
Walaupun kau tahu paras elokmu ...
Takkan seindah dulu lagi ...


by: Riski Fitriasari
ditulis ulang dari Facebook Riski Fitriasari, 31 Juli 2009
sumber gambar : sathiyam.tv 

Friday, 19 April 2013

Permainan Tradisional, Riwayatmu Kini

Hari Kamis tanggal 18 April 2013, anak-anak yang privat dengan saya melaksanakan ujian sekolah PLBJ (Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta). Sehari sebelumnya, kami membahas tentang materi tersebut berdasarkan soal-soal tahun lalu. Salah satu soal menanyakan tentang permainan Damdas 16 Batu dimainkan oleh berapa orang? Jreng.. Damdas 16 Batu apa pula itu? Saya bingung, ya kan saya itu notabenenya pendatang di Jakarta ini. Kami ubek-ubek buku PLBJnya tidak ada juga permainan Damdas 16 Batu itu. Akhirnya ketemu di buku PLBJ adiknya yang masih kelas 3 SD, tapi adanya permainan Damdas 3 batu. Saya baca tentang permainan tersebut.. ya Allah.. itu kan permainan yang dulu sering saya mainkan dengan teman-teman saya.

Damdas 16 Batu
(sumber gambar: http://akubisanaikkelas.blogspot.co.id/2010/11/damdas-16-batu.html)
Pulang ke rumah saya tercenung, mengingat masa kecil saya yang setelah saya pikir secara mendalam, sangat bahagia dan sehat. Sehat, iya walaupun saya kurus dan kutuan waktu itu. Hehe..sering mandi di sungai soalnya, asyik sih. Bahagia, karena saya dan teman-teman satu kampung setiap hari selalu saja menemukan permainan-permainan yang hebat dimana kami semua ikut berperan dan bergerak. Tidak ada tangisan walau kalah, dan tidak ada kesombongan walau menang. Jika bosan dengan permainan itu, lantas kami ganti dengan permainan lain.

Saya ingat-ingat apa saja ya yang kami mainkan, kebanyakan saya sudah lupa namanya. Ada petak umpet, gobak sodor, egrang, congklak, gundu, gasing, aburan, ular-ularan, cupcupan, main tali, susun batu, engklek, tarik tambang, bola bekel, "damdas", apa lagi ya?? Banyak sekali sebetulnya, ada yang main dengan batu, kerikil, pecahan genteng, tali, gambar, bambu, kebanyakan sih dengan salah satu anggota tubuh.

Engklek
(sumber gambar: http://alvyanto.blogspot.co.id/)
Gundu/Kelereng/In-inan
(sumber gambar: http://ciricara.com/)
Sedang menentukan siapa yang jaga
(sumber gambar: http://hanifadyputra.blogspot.co.id/)
Bola bekel (ini yang saya suka)
(sumber gambar: http://m.aktual.co/)
Kalau saya kembali ke kampung, sebenarnya masih ada yang bermain seperti saya dulu, tapi kebanyakan pada saat istirahat sekolah. Sedangkan kami dulu bermain saat istirahat sekolah juga saat sore hari sepulang sekolah madrasah. Kami bergerak aktif, kami berkumpul, karena setiap permainan pasti dimainkan oleh lebih dari satu anak, minimal dua anak, seringnya ramai-ramai.

Yah, saat ini permainan tradisional memang mulai tenggelam ditelan oleh teknologi. Anak-anak lebih suka main ke warnet yang ada game atau game onlinenya. Sebenarnya selain teknologi, banyak faktor juga yang mempengaruhi, seperti beban pelajaran yang semakin meningkat, atau mungkin lingkungan yang kurang mendukung seperti ketiadaan lapangan. 

Hmm.. sebetulnya banyak sekali manfaat dari permainan tradisional untuk anak, ini saya rasakan sendiri. Dulu waktu kecil saya jarang sekali sakit walaupun itu hanya flu, mungkin karena saya aktif bergerak ya jadi metabolisme dalam tubuh saya menjadi lancar. Lalu saya diajarkan sportifitas, dimana ketika bermain, kami tidak boleh curang sama sekali, kalau ketahuan curang maka akan diblacklist oleh semua teman (duh..serem banget tuh). Saya juga belajar kekompakan, terutama ketika permainan tersebut berupa kompetisi antar group (seru sekali, kalau kompetisi group).Kemudian, strategi, kami belajar strategi, contohnya ketika bermain gundu, atau bermain susun batu. Kami harus berfikir bagaimana caranya agar gundu dalam lingkaran keluar dan gundu yang dipakai untuk menembak juga keluar lingkaran. Masih banyak lagi hal positif yang diajarkan oleh permainan tradisional.

Susun Batu
(sumber gambar: http://www.seputaraceh.com/)
Saya kangen, ingin bermain lagi. Ada tidak ya pesta permainan tradisional yang pesertanya bukan hanya anak-anak, melainkan orang dewasa juga. Semoga ada lembaga yang mau menyelenggarakan event seperti itu..amiiiin. Saya bersyukur sebetulnya, sekarang sudah ada geliat dari beberapa komunitas untuk mengenalkan lagi permainan tradisional ke anak-anak. Terimakasih..saya ucapkan untuk mereka. Mari Mak-mak, Bapak-bapak, adik-adik semuanya..kita kenalkan lagi permainan tradisional yang dulu pernah kita nikmati kepada generasi sekarang, agar mereka juga merasakan kesenangan seperti kita dulu saat anak-anak.. ^_^

Thursday, 18 April 2013

Household : Agar Pakaian Awet Ketika Disimpan Lama


Berapa kali anda membeli atau mendapat pakaian baru dalam setahun? Mungkin bisa lebih dari sekali ya. Apalagi model pakaian sekarang sangat beraneka ragam. Nah, apa jadinya jika lemari kita sudah tidak muat lagi untuk menyimpan pakaian kita yang semakin bertambah?

Banyak cara yang bisa dilakukan, bisa dengan menyortir pakaian yang masih dipakai atau sudah kekecilan kemudian yang kekecilan itu disumbangkan, entah ke saudara atau ke panti asuhan.

Namun, bagaimana jika kita mempunyai anak terus pakaian yang kita beli atau diberi orang untuk anak kita itu kebesaran? Atau anak kita sudah besar, dan masih banyak pakaian pada saat dia masih bayi, sedangkan orang terdekat atau tetangga kita tidak ada yang mempunyai bayi? Tentunya disimpan kan?
Menyimpan pakaian tersebut di lemari malah akan menambah kesemrawutan lemari tersebut. Jadi tidak enak dipandang dan susah untuk mencari pakaian yang kita butuhkan. Saya ada tips dari Mamahnya ibu kos saya (dipanggilnya Mayang) tentang cara menyimpan pakaian agar tidak cepat pudar warnanya ataupun rapuh.
  1. Pertama, pakaian harus dalam keadaan bersih, kering, dan rapi
  2. Lalu masukkan pakaian ke dalam wadah (troli, plastik, atau tas)
  3. Letakkan beberapa butir lada putih di bawah, di antara, dan di atas lipatan
  4. Kemudian tutup wadah/pembungkus dengan rapat, jika pembungkus plastik, usahakan tidak menggembung ya plastiknya.
Merica atau Lada Putih

Sudah itu saja, simpel kan? Saya sudah melihatnya sendiri, pakaian yang disimpan oleh Mayang tetap cerah dan tidak rapuh, padahal sudah disimpan selama puluhan tahun. Pakaiannya berbahan apapun.

Selamat mencoba, semoga bermanfaat..

Wednesday, 17 April 2013

Ketika Wage Datang ke Bumiayu

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedua tentang "Rasa Lokal". 

Wage, apa itu Wage? Di Jawa Tengah pada umumnya, selain mengenal hari nasional seperti Senin sampai Minggu, kami juga mengenal hari pasaran Jawa yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon. Hanya lima hari, bukan tujuh hari. Di hari-hari tersebut di masing-masing desa menyelenggarakan pasar sehari (Pasar Kaget). Ada yang menyelenggarakannya setiap Pahing, namanya Pasar Pahing, atau setiap Pon, namanya Pasar Pon. Nah di Bumiayu, kotaku, pasar sehari itu diselenggarakan setiap hari pasaran Wage, maka kami sebut dengan Pasar Wage.

Namanya pasar ya tempat berkumpulnya penjual dan pembeli, tetapi jangan bayangkan pasar ini seperti pasar-pasar tradisional pada umumnya, walaupun pasar Wage ini termasuk pasar tradisional. Di pasar Wage kita memang bisa cuci mata atau istilah kerennya windows shopping, hehe.. tapi tidak dingin dan tidak ada jendelanya. Kita bisa menemukan beraneka rupa barang dagangan, mulai dari pakaian, celana, sepatu, VCD/DVD, makanan, buku, tembakau, ikan segar, burung, kambing, sapi, bibit tanaman, bahkan ada pande besi yang siap menerima pesanan atau memperbaiki alat pertanian kita. Komplit kan?

Jualan cincin akik
(sumber gambra: http://beritabumiayu.blogspot.com/)
Pasar hewan di Pasar Wage
(sumber gambar: http://jongreggaebumiayu.blogspot.co.id/)

sumber gambar: http://beritabumiayu.blogspot.co.id/
Para Pande Besi di pasar Wage
(sumber gambar: http://jongreggaebumiayu.blogspot.co.id/)
Meskipun sudah dibangun beberapa supermarket tetap tidak menyurutkan animo masyarakat Bumiayu untuk datang ke pasar Wage. Saya pikir pasar Wage ini merupakan rasa lokal perekonomian masyarakat Bumiayu, karena setiap hari sebelum Wage, selalu ada pertanyaan seperti ini, "Eh besok kamu ke pasar Wage enggak?", atau pernyataan "Yah kok pasar Wagenya hari Jumat sih, kan jadi enggak bisa lama-lama." Para penjual kebanyakan memang mengkhususkan menjual dagangannya di hari Wage saja. Penjualnya juga datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari luar kota. Masalah harga, di pasar Wage bisa lebih murah, yah walaupun terkadang kemurahan barangnya berbanding lurus dengan kualitasnya, hehe. 

Nah, yang unik lainnya adalah pembeli yang datang ke pasar Wage didominasi oleh kaum pria. Mungkin dulu memang kaum wanitanya lebih banyak di rumah ya, jadi keterusan sampai sekarang.

Kalau hari Wage itu jatuh tepat di hari Minggu atau sehari sebelum Lebaran Idul Fitri atau Idul Adha, hmmm.. kita harus pikir-pikir sebelum melewati jalan itu. Oh iya.. saya belum cerita tentang letak pasar Wagenya. Jadi pasar Wage ini terletak di sepanjang jalan yang menghubungkan Bumiayu-Bantarkawung, Buaran, Salem. Ya karena itu jalan penghubung satu-satunya dan lebar jalan hanya muat dua kendaraan, maka kalau perhelatan pasar mulai menjelang siang (jam 10.00-13.00) bisa dipastikan ramainya luar biasa. Bahkan pernah mengalahkan macetnya Jakarta, karena jarak yang harusnya ditempuh dalam waktu 5 menit, itu menjadi satu jam.

Macetnya seperti ini kalau Wage
(sumber gambar: http://ww45.koranlokal.com/images/jalan%20PW..JPG)
Walaupun saya kurang suka ke Pasar Wage, karena banyak prianya (malu Mak), tapi kalau kebetulan lewat, saya suka lihat-lihat (habisnya banyak yang bisa dilihat sih, jualannya maksudnya). Ya semoga animo masyarakat untuk tetap menghidupkan pasar Wage akan terus terjaga sampai kapanpun, amiiin.

Tuesday, 16 April 2013

Curhat : Kenapa Saya Tidak Suka Sirsak?

Dari judulnya sudah ketahuan saya mau nulis apa kan? Apa ada buah yang saya benci? Jika pertanyaan itu anda berikan kepada saya, maka saya akan bingung sebingung bingungnya. Pertanyaan itu bagaikan buah simalakama untuk saya. Mengapa? Karena saya akan berbohong kepada anda dan mengatakan bahwa saya tidak menyukai sirsak (Annona muricata Linn). Lho kok bisa??? Mungkin itu yang akan anda tanyakan lagi kepada saya.

Buah Sirsak
Gambar berasal dari http://www.cara-obat.com/2013/03/khasiat-daun-sirsak-dan-buah-sirsak.html,
silahkan ke url tersebut untuk mengetahui manfaat buah sirsak
Jujur, saya itu pecinta buah, semua buah asalkan halal dan tidak mengganggu kondisi kesehatan saya saat itu, akan saya lahap dengan rakusnya. Katanya tadi tidak suka sirsak? Jadi, ceritanya dulu, ketika saya SMP (entah kelas berapa, saya lupa), teman-teman saya masing-masing menanyakan apa-apa yang tidak disukai dan setiap yang ditanya harus menjawab satu jenis. Sampai pada pertanyaan buah apa yang tidak disukai jatuh pada saya. Saya menjawab bahwa tidak ada buah yang saya benci, semuanya saya suka. Mereka bilang tidak boleh, harus ada satu, dan itu harus jadi ketidaksukaan seumur hidup. Akhirnya dengan polosnya saya (karena takut ya dianggap curang, yah namanya juga masih culun), saya menjawab saya tidak suka sirsak, alasannya ada rasa kecut berpasir.

Masalahnya tidak sampai disitu saja, melainkan berlanjut sampai sekarang. Karena saat SMP saya terbiasa menyebut sirsak sebagai buah yang tidak saya sukai, maka saya harus konsisten dengan kebohongan saya kan. Dosa besar untuk saya. Sudah menjadi rahasia umum, jika kita berbohong, maka akan ada kebohongan-kebohongan lain yang menyusul untuk meyakinkan kebohongan awal kita. Jadi kebohongan itu akan beranak pinak. Dosa yang tadinya satu maka akan menjadi berlipat-lipat.

Sebetulnya saya akan menulis apa sih? Buah atau kebohongan? Ya dua-duanya. Karena kebohongan saya itu, saya jadi tidak bisa sembarangan memakan sirsak (sungguh menyiksa batin dan mulut), padahal kita tahu buah sirsak mengandung banyak nutrisi. Bahkan saat ini sedang santer berita yang mengatakan bahwa buah sirsak mengandung antioksidan yang bisa mencegah kanker. Tuhh.. kaann.. hiks saya sedih sekali. Gara-gara kebohongan saya itu saya jadi kehilangan kesempatan untuk mencicipi antioksidan itu.

Setelah berpikir lama sekali karena menghabiskan waktu bertahun-tahun, saya menyatakan bahwa sekarang saya akan MENCABUT kebohongan saya itu. Saya menyatakan bahwa saya sebetulnya adalah PECINTA dan PENGGILA BUAH, semua buah. Sebab buah-buahan itu mengandung banyak sekali nutrisi seperti gula fruktosa, vitamin A, B, C, D dan E, serta mineral dan air yang sangat bagus untuk tubuh. Biasakan memakan buah sesudah minum air putih tetapi sebelum makan untuk membantu proses penyerapan nutrisi dan pembersihan organ pencernaan.

Gambar dari http://www.cairnspost.com.au/article/2008/05/30/4241_travel-stories.html
Saya harap teman-teman jangan seperti saya ya, berbohong untuk sesuatu yang sebetulnya sangat kita sukai.

Salam buah..

Thursday, 11 April 2013

Ngobrolin Film : Cargo, Kasih Ayah Juga Sepanjang Hayat


Kasih Ibu kepada beta.. 
Tak terhingga sepanjang masa

Kita sering sekali mendengar cerita tentang bagaimana seorang ibu menyayangi  dan sanggup berkorban untuk buah hatinya. Itulah Ibu, seorang wanita yang selalu ingin mengekspresikan kecintaannya. Namun, bagaimana dengan Ayah, apakah ayah tidak sayang dengan buah hatinya?
Saya yakin, Ayah juga orang tua, pasti dia juga menyayangi dan sanggup berkorban apapun demi buah hatinya. 

Tema itulah yang diangkat oleh Ben Howling & Yolanda Ramke dalam sebuah film pendek yang berjudul Cargo. Mengambil setting cerita mengenai wabah zombie yang menyerang sebuah desa. Diceritakan bahwa pada suatu desa sedang terserang wabah zombi, dan sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang balita perempuan, sedang mengendarai sebuah mobil mencoba melarikan diri dari serangan wabah tersebut. Namun, nahas nasib sang Bunda, karena ternyata beliau sudah terinfeksi "virus" zombie dan tidak bisa diselamatkan lagi. Sang Bunda yang sudah menjadi zombie lalu menyerang si Ayah. Dalam keadaan yang terluka cukup parah, sang Ayah mencoba menyelamatkan anak perempuannya.

Wednesday, 10 April 2013

Ngobrolin Buku : “Karena Berani Kotor Itu Baik”, Review Buku Cerita Di Balik Noda

Judul                       : Cerita Di Balik Noda : 42 Kisah Inspirasi Jiwa
Penulis                    : Fira Basuki
Editor                      : Candra Gautama
Perancang sampul   : LOWE Indonesia
Penerbit                   : Kepustakaan Populer Gramedia dengan Rinso Indonesia
Badan Buku             : xii + 235 hlm; 13,5 x 20 cm
ISBN                        : 978-979-91-0525-7


“Bima bertepuk tangan paling keras hingga tangannya menyenggol tangan Rani yang memegang kue. Rani oleng dan kue itu jatuh ke baju Bu Elsi. Semua langsung terdiam. Semua mata melihat ke arah Bima. Mereka siap menerima teriakan Bu Elsi. “Hahahahaha,” Bu Elsi justru tertawa. Dia melihat bajunya yang kotor, lantas mengambil serpihan kue dari bajunya dengan jari-jarinya dan menjilatinya. Semua bingung melihat reaksi Bu Elsi.
“Dino sering melakukan hal ini waktu kecil. Menumpahi saya dengan makanan, bahkan kue ulang tahunnya sendiri.

Anak-anak dan noda, keduanya merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan, karena perkembangan psikologis anak yang selalu ingin tahu, dan perkembangan psikomotoriknya yang membuatnya selalu ingin bergerak. Maka, bisa dipastikan kalau noda adalah salah satu hadiah terindah untuk sang Bunda. Mulai dari noda tanah karena bermain atau membantu orang lain, noda lipstick karena ingin meniru bundanya, noda makanan dan banyak lagi noda yang lain. Noda sering diartikan sebagai sesuatu yang kotor, sesuatu yang sangat dihindari oleh orang dewasa. Namun, tetap ada sisi lain dari noda, sebuah pembelajaran hidup yang berarti, dan sebuah sindiran kepada kita, orang dewasa, untuk memaknai maksud baik di balik noda.

Pembelajaran dari noda inilah yang coba diangkat oleh Rinso Indonesia sebagai sebuah tema menulis cerita dalam sebuah event di Fanspage Rinso Indonesia. Dari seluruh cerita yang dikirim, dipilih sebanyak 38 cerita, yang kemudian dikembangkan oleh Fira Basuki dan dibukukan oleh Gramedia, dengan judul "Cerita Di Balik Noda". Fira menambahkan 4 cerita karyanya ke dalam kumpulan cerita di balik noda tersebut, yaitu “Bos Galak”, “Sarung Ayah”, “Pohon Kenangan”, dan “Foto”.  

“Bos Galak” dipilih sebagai cerita pembuka, menceritakan tentang keinginan seorang pegawai baru yang penasaran alasan kantornya terkesan “dingin”, dan bosnya yang tidak pernah terlihat tersenyum. Timbullah keinginan untuk membuat bosnya tersenyum dengan memberikan kejutan di hari ulang tahun si bos. Semua karyawan sudah ketakutan akan dimarahi, tetapi tanpa dinyana, si bos malah menangis karena teringat pada anaknya, Dino, yang telah meninggalkannya 8 tahun yang lalu. Walaupun kemudian salah seorang karyawannya menumpahkan kue ulang tahun ke bajunya, tetapi si bos malah tertawa bahagia, dan mengatakan kalau dulu anaknya sering berbuat demikian padanya.

Masih ada 41 cerita lainnya yang tidak kalah menarik yang diceritakan dengan gaya bahasa yang ringan dan mengalir. Masing-masing cerita mempunyai keunikan tersendiri, dengan membahas jenis noda yang berbeda dan tentunya pembelajaran yang berbeda.  Cerita berjudul “Koki Cilik” mengajarkan kepada kita bahwa janganlah takut mengajak anak kita untuk berinteraksi dengan dapur, karena anak akan menghargai setiap kepercayaan yang kita berikan padanya. Juga pada cerita “Sarung Ayah” dimana kita disadarkan bahwa seorang anak, walaupun menurut kita, orang dewasa, sepertinya masih belum memahami dunia, tetapi ternyata dia juga mempunyai perasaan yang mendalam tentang dunia. Atau pada cerita “Tak Jadi”, dimana seorang anak menyadarkan kedua orang tuanya, dengan rela masuk ke dalam kolam ikan mencari cincin pernikahan orang tuanya, agar mereka tidak bercerai.

Ada beberapa kesalahan penulisan dalam beberapa kalimat, dan kesalahan penulisan tokoh pada cerita “Sarung Ayah” dimana pertama kali disebutkan bahwa anak Hani dan Hendro bernama Dewi lalu dibagian yang lain disebutkan bahwa anak mereka bernama Wulan, dimana Wulan pada bagian pertama disebutkan adalah adik Hani. Namun, kesalahan penulisan yang sedikit itu tetap tidak mengurangi esensi dari buku ini, yang menceritakan pembelajaran baik dari sebuah noda, karena berani kotor itu baik, kan?. Seperti quote yang ditulis oleh Fira Basuki yaitu “Hidup itu seperti baju kotor. Ketika noda dihilangkan dengan mencucinya bersih-bersih, kita ibarat telah memasuki hidup baru, masa depan baru, dan harapan baru. Selalu ada hikmah di dalam sepercik “noda”, yang merupakan inti cerita dari seluruh cerita di buku “Cerita Di Balik Noda” ini. 

Untuk para Bunda, dan orang dewasa lainnya, siapkah anda untuk berani kotor? Siapkah hati anda tertusuk oleh kepolosan anak-anak, makhluk Tuhan berhati putih?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...