Wednesday, 10 April 2013

Ngobrolin Buku : “Karena Berani Kotor Itu Baik”, Review Buku Cerita Di Balik Noda

Judul                       : Cerita Di Balik Noda : 42 Kisah Inspirasi Jiwa
Penulis                    : Fira Basuki
Editor                      : Candra Gautama
Perancang sampul   : LOWE Indonesia
Penerbit                   : Kepustakaan Populer Gramedia dengan Rinso Indonesia
Badan Buku             : xii + 235 hlm; 13,5 x 20 cm
ISBN                        : 978-979-91-0525-7


“Bima bertepuk tangan paling keras hingga tangannya menyenggol tangan Rani yang memegang kue. Rani oleng dan kue itu jatuh ke baju Bu Elsi. Semua langsung terdiam. Semua mata melihat ke arah Bima. Mereka siap menerima teriakan Bu Elsi. “Hahahahaha,” Bu Elsi justru tertawa. Dia melihat bajunya yang kotor, lantas mengambil serpihan kue dari bajunya dengan jari-jarinya dan menjilatinya. Semua bingung melihat reaksi Bu Elsi.
“Dino sering melakukan hal ini waktu kecil. Menumpahi saya dengan makanan, bahkan kue ulang tahunnya sendiri.

Anak-anak dan noda, keduanya merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan, karena perkembangan psikologis anak yang selalu ingin tahu, dan perkembangan psikomotoriknya yang membuatnya selalu ingin bergerak. Maka, bisa dipastikan kalau noda adalah salah satu hadiah terindah untuk sang Bunda. Mulai dari noda tanah karena bermain atau membantu orang lain, noda lipstick karena ingin meniru bundanya, noda makanan dan banyak lagi noda yang lain. Noda sering diartikan sebagai sesuatu yang kotor, sesuatu yang sangat dihindari oleh orang dewasa. Namun, tetap ada sisi lain dari noda, sebuah pembelajaran hidup yang berarti, dan sebuah sindiran kepada kita, orang dewasa, untuk memaknai maksud baik di balik noda.

Pembelajaran dari noda inilah yang coba diangkat oleh Rinso Indonesia sebagai sebuah tema menulis cerita dalam sebuah event di Fanspage Rinso Indonesia. Dari seluruh cerita yang dikirim, dipilih sebanyak 38 cerita, yang kemudian dikembangkan oleh Fira Basuki dan dibukukan oleh Gramedia, dengan judul "Cerita Di Balik Noda". Fira menambahkan 4 cerita karyanya ke dalam kumpulan cerita di balik noda tersebut, yaitu “Bos Galak”, “Sarung Ayah”, “Pohon Kenangan”, dan “Foto”.  

“Bos Galak” dipilih sebagai cerita pembuka, menceritakan tentang keinginan seorang pegawai baru yang penasaran alasan kantornya terkesan “dingin”, dan bosnya yang tidak pernah terlihat tersenyum. Timbullah keinginan untuk membuat bosnya tersenyum dengan memberikan kejutan di hari ulang tahun si bos. Semua karyawan sudah ketakutan akan dimarahi, tetapi tanpa dinyana, si bos malah menangis karena teringat pada anaknya, Dino, yang telah meninggalkannya 8 tahun yang lalu. Walaupun kemudian salah seorang karyawannya menumpahkan kue ulang tahun ke bajunya, tetapi si bos malah tertawa bahagia, dan mengatakan kalau dulu anaknya sering berbuat demikian padanya.

Masih ada 41 cerita lainnya yang tidak kalah menarik yang diceritakan dengan gaya bahasa yang ringan dan mengalir. Masing-masing cerita mempunyai keunikan tersendiri, dengan membahas jenis noda yang berbeda dan tentunya pembelajaran yang berbeda.  Cerita berjudul “Koki Cilik” mengajarkan kepada kita bahwa janganlah takut mengajak anak kita untuk berinteraksi dengan dapur, karena anak akan menghargai setiap kepercayaan yang kita berikan padanya. Juga pada cerita “Sarung Ayah” dimana kita disadarkan bahwa seorang anak, walaupun menurut kita, orang dewasa, sepertinya masih belum memahami dunia, tetapi ternyata dia juga mempunyai perasaan yang mendalam tentang dunia. Atau pada cerita “Tak Jadi”, dimana seorang anak menyadarkan kedua orang tuanya, dengan rela masuk ke dalam kolam ikan mencari cincin pernikahan orang tuanya, agar mereka tidak bercerai.

Ada beberapa kesalahan penulisan dalam beberapa kalimat, dan kesalahan penulisan tokoh pada cerita “Sarung Ayah” dimana pertama kali disebutkan bahwa anak Hani dan Hendro bernama Dewi lalu dibagian yang lain disebutkan bahwa anak mereka bernama Wulan, dimana Wulan pada bagian pertama disebutkan adalah adik Hani. Namun, kesalahan penulisan yang sedikit itu tetap tidak mengurangi esensi dari buku ini, yang menceritakan pembelajaran baik dari sebuah noda, karena berani kotor itu baik, kan?. Seperti quote yang ditulis oleh Fira Basuki yaitu “Hidup itu seperti baju kotor. Ketika noda dihilangkan dengan mencucinya bersih-bersih, kita ibarat telah memasuki hidup baru, masa depan baru, dan harapan baru. Selalu ada hikmah di dalam sepercik “noda”, yang merupakan inti cerita dari seluruh cerita di buku “Cerita Di Balik Noda” ini. 

Untuk para Bunda, dan orang dewasa lainnya, siapkah anda untuk berani kotor? Siapkah hati anda tertusuk oleh kepolosan anak-anak, makhluk Tuhan berhati putih?

2 comments:

  1. Ternyata da alasan dibalik galaknya Bu Elsi ya. Good luc ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ternyata Bun.. apa stiap org galak iu jg punya alasan ya?

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...