Saya lagi BeTe banget hari ini. Ceritanya saya beli madu di peternak madu yang dulu juga saya pernah beli madu di situ. Dulu, setahun yang lalu, madu yang saya beli itu bagus sekali, bening kecoklatan, kental, manis segar, dan awet selama setahun. Nah, melihat dari itu kan otomatis saya senang dong ya, ceritanya kemarin pas mudik, saya beli lagi ke dia, 3 botol. Waktu itu nggak pakai lihat-lihat lagi karena sudah percaya bahwa madunya itu bagus.
Eh.. setelah sampai Jakarta, waktu saya beberes barang bawaan, saya baru mengamati secara serius dan membandingkan dengan sisa madu yang saya beli setahun yang lalu. Kok kali ini warnanya agak kekuningan ya, trus lebih encer, waktu dimasukkan ke dalam air hangat juga langsung mencar madunya. Waaaahhhhh... saya langsung BeTe. Satu nih penyakit kebanyakan orang yang dagangannya mulai laris, kualitas dagangannya menurun.
Memangnya kenapa sih kalau mempertahankan kualitas dagangan? Rugi? Atau untungnya sedikit? Sekarang coba deh kita pakai logika saja. Kalau kualitas dagangannya dipertahankan, maka orang yang pernah beli lalu merasa cocok, dia kemungkinan besar bakal balik lagi ke pedagang itu. Kalau kualitasnya masih sama atau malah meningkat, saya yakin dia bakal balik lagi dan akhirnya menjadi pelanggan. Untungnya sedikit? Mungkin iya, untungnya tidak serta merta bertambah banyak, tapi untung tersebut akan selalu mengalir setiap saat. Si pelanggan, saya yakin akan bilang ke teman-teman atau saudaranya tentang pedagang langganannya. Tidak menutup kemungkinan akan banyak orang baru yang nantinya juga menjadi pelanggan. Untungnya bertambah kan?
Sebaliknya bila kualitas barang dagangannya diturunkan karena mengejar untung yang besar. Iya memang, saat itu akan mendapat untung yang besar. Karena ketika orang beli pertama terus merasa cocok, mereka akan beli lagi untuk yang kedua kali. Tapi, jika yang kedua ini sudah dirasa turun kualitas barang yang dibelinya, saya yakin pula mereka tidak akan beli lagi. Atau beli pun karena terpaksa mungkin tidak ada pedagang yang lainnya. Untung besarnya sekejap kan? Setelah itu...? Kalaupun ada yang beli, kemungkinan besar pembeli itu adalah pembeli baru.
Jadi, apa salahnya kalau menaikkan kualitas barang dagangan, minimal mempertahankan kualitas yang sudah baik. InsyaAllah tidak merugi kok.
Sekian curhat saya... :) Semoga anda tidak ikut BeTe juga. Mari jalani hidup dengan ceriaaaa... :D
Sekian curhat saya... :) Semoga anda tidak ikut BeTe juga. Mari jalani hidup dengan ceriaaaa... :D
Anda punya pengalaman yang sama? Yuk ah di share.. :)
Itu namanya pedagang yang tidak bersyukur ... alias serakah :)
ReplyDeleteSebetulnya lebih tepat ke kurang perhitungan Mbak.. :)
DeleteSaya juga punya usaha, semoga tidak seperti itu sekarang atau nanti ya Mbak :(
ReplyDeleteSaya justru takut kalau produk buatan saya nge-cewain yang beli.
Amiiin.. iya Mbak, jangan sekalipun menurunkan kualitas barang dagangan, malah kalau bisa ditingkatkan kualitasnya. Pedagang itu tidak hanya mengejar pembeli kalau menurut saya, dia juga mengejar pelanggan.
Deletehehe..mbaknya mungkin sedikit kurang teliti dan agak buru buru dalam membelinya
ReplyDelete#salam :)
iya, saya memang buru-buru membelinya, soalnya itu kenalan ibu saya, dan saya pernah membeli dari beliau dan yg pertama tidak mengecewakan. Jadi pembelian yang kedua ya percaya saja, karena pengalaman yg pertama bagus.
Deleteini bisa dijadiin judul penelitian "Pengaruh Kualitas dan Harga Produk Madu Terhadap Kepuasan Pelanggan di PT.xxxx"
ReplyDeletehehehe.. beetul betul betul... :)
Deletememang ada bebeapa pedagang yang seperti itu. ada kemungkinan karena harga yang diberikan terlalu murah (dibawah pasaran) sehingga tidak sanggup menjaga kualitas karena kwalahan menampung ledakan konsumen
ReplyDeletekadang menentukan harga, apalagi kalau ada kenaikan suka bikin galau pedagang. Kalau dinaikkan harganya mutu tetap terjaga, takutnya pelanggan berkurang. Kalau harga tetap dengan resiko mutu diturunkan, jg bisa menimbulkan resiko pelanggan berkurang
ReplyDelete