Sebetulnya agak malu juga sih, cerita-cerita tentang pengalaman saya mengajar. Tapi, nggak apalah kan tidak semua orang tahu apa yang saya rasakan. Lagipula saya juga bisa belajar dari pembelajar-pembelajar lain yang lebih bijak dari saya.
Menjadi seorang pengajar itu susah. Makanya kalau ada yang bercita-cita ingin jadi guru, saya angkat topi setinggi-tingginya. Punya cita-cita menjadi guru itu berarti harus siap berkorban segalanya, tidak menghitung materi, dan siap belajar terus seumur hidup. Itulah yang akhirnya membuat saya memutuskan bahwa saya belum bisa menyebut diri saya guru, saya hanyalah seorang pengajar.
Pengalaman mengajar saya masih batita, belum ada 4 tahun saya mengajar, hehehe. Jadinya masih sedikit sekali lah dibandingkan dengan Mama saya. Ya iya lah, sebelum saya lahir, Mama saya sudah jadi pengajar. Meski begitu, sudah ada asam garam brotowali yang saya kecap bahkan saya telan dari kebatitaan itu.
Setiap mengajar, pastinya akan ada interaksi antara saya dengan siswa, entah itu siswa bertanya saya menjawab, atau saya bertanya siswa menjawab. Ada beberapa jawaban siswa yang gitu deh, hati saya kurang sreg menerimanya. Biasanya akan dilanjutkan dengan berpatah-patah kata dari saya :). Ini nih, jawaban-jawaban siswa yang kurang sreg di hati saya dan masih saya ingat.
Kalau saya mendapat jawaban itu, rasanya pengin saya tonjok gerbang sekolah. T
hat's not funny at all, absolutly not funny for me. Kalau anak SD yang jawab itu, akan saya bilangin, "Wah Dek, kok takdir sih jawabnya :). Kan Tuhan sudah menyuruh kita untuk mencari tahu sebab akibat takdir yang Tuhan beri itu. Jadi yuk kita cari tahu, coba buka bukunya, sepertinya ada jawaban dari takdir yang Ibu tanyakan tadi" Kalau anak SMA yang jawab, "Takdir..takdir, lha kalau takdir trus kita sekolah untuk apa to? Coba deh buka kitab suci kalian, pasti ada perintah Tuhan yang isinya menyuruh MahlukNya untuk membaca, belajar dan belajar, ya kan?"
Kenapa saya tidak suka jawaban ini? Kalau dari segi tata bahasa, tidak ada yang salah dengan kalimat ini. Namun, saya pernah mendengar atau membaca bahwa kalau kita terus menerus menyebut kalimat "Tidak tahu" maka secara tidak langsung kita menyuruh otak kita untuk tidak berkembang. Setelah kalimat "Tidak tahu" biasanya tidak ada usaha untuk mencari tahu. Coba ganti kalimat "Tidak tahu" menjadi kalimat "Belum tahu". Secara psikologi, dengan mengucap "Belum tahu" maka otak kita akan terangsang untuk mencari tahu. Itu saja sih, setelah mendengar itu, saya langsung meralat kalimat "Tidak tahu" saya menjadi "Belum tahu".
- "Iyain aja deh, biar cepat"
Waaaa.... ini nih, kalau saja saya sampai mendengar kalimat yang ini, berarti itu anak ngajak berantem dengan saya. (Bagian yang berantemnya tidak diekspresikan secara nyata ya :D). Yah, walaupun niatnya mungkin hanya bergurau. Masalahnya, kalau mereka bicara seperti itu, saya bingung, mereka sudah paham dengan penjelasan materi saya atau belum. Nah, kalau setelah ulangan harian atau ujian ternyata nilai mereka jelek, saya juga yang disalahkan (ini saya sebagai tentor bimbel). Bukannya saya tidak mau disalahkan, tapi ya itu, kalau mereka belum paham kan, penjelasan saya bisa saya ulangi pelan-pelan dengan bahasa yang saya permudah. Hiks... :(
- "Jelasin semuanya lagi dong, Bu"
Whaatt..!!! Lantas dari tadi mulut saya berbusa-busa itu kamu ngapain?? Sedang bertukar jiwa dengan siapa? Sebetulnya tidak apa-apa sih saya menjelaskan dari awal. Selain, siswa-siswa saya menjadi lebih paham, ingatan saya pun bisa menjadi lebih tajam, kan. Tapi, hiks... ya sudahlah, mungkin dia memang belum paham semuanya. :D
Sepertinya masih ada lagi, tapi saya lupa. Lain kali saya tambahkan deh :). Mungkin dulu saya seperti itu ya. Hmmm... kalau betul seperti itu, waaa... Bapak dan Ibu Guru yang sudah mengajar saya, saya minta maaf ya, saya betul-betul tidak bermaksud membuat kesal Bapak dan Ibu Guru :(. Selain dari itu, sebetulnya saya belajar juga dari kalimat-kalimat yang siswa saya lontarkan itu. Bahwa kalau kita bisa kesal dengan kalimat itu, maka kitanya pun tidak boleh melontarkan kalimat itu pada orang lain.
Selamat pagiiiii... semua ^_^
aku baru tau mbak riski guru :) kemana aja ya aku
ReplyDeletehehehe... saya belum jadi guru, mbak Lidya. Baru sebatas pengajar :).
Deleteehehehhee
ReplyDeletemasak jawabannya sudah takdir
enak banget dong, semua soal jadi selesai deh, habis perkara
hahahha ada ada aja
iya ada-ada saja mereka. Walaupun memang betul, semua hal di dunia ini sudah takdir Allah. Tapi kan ada yg bisa dicari pembuktiannya secara ilmiah :).
Deletenanti bisa2, kenapa 1+1=2? jawabannya "Sudah takdir, bu guru!" *KeplakJidat*