Kira-kira sudah dua tahunan ini saya berangkat pulang kerja naik Commuter Line (CL). Memang belum banyak makan asam garamnya, tapi banyak cerita yang saya lihat dan saya dengar serta rasakan di CL ini.
Dua hari yang lalu, ketika saya pulang, saya lihat kok antrian penumpang di stasiun masih banyak, tidak seperti biasanya pada jam segitu. Enggak tahu ada apa, akhirnya saya baru bisa naik CL yang kedua (dihitung dari saya masuk stasiun ya ^_^). Kereta pertama, hadehh.. boro-boro muat masukkin badan, masukkin muka saja kayaknya enggak muat deh, saking penuhnya. Kereta kedua, alhamdulillah badan beserta tas dan sepatu saya bisa ikut masuk. Penuh sih, tapi saya tidak sampai jadi bandeng presto.
Ceritanya, ada dua orang wanita membawa dua orang anak kira-kira umur 10 dan 11 tahun (sepertinya itu nenek yang masih muda, ibu dengan dua anaknya). Sepanjang jalan dari stasiun naik, sampai saya turun, yang keluar dari mulut hati sanubari mereka 80%nya keluhan.
Mulai dari :
"Haduh Mba, jangan didorong-dorong dong badan saya"
"Ini CL panas banget sih, dananya banyak yang dikorupsi kali"
"Ya ampun, keringat saya, lihat Mah, kayak di sauna ini"
"Aww.. Mba jangan nginjek kaki saya dong"
Dan lain-lain dan sebagainya dan sebagainya...
Lalu saya yang tidak jauh dari mereka (kondisi saya di tengah, tidak bisa pegangan, tapi alhamdulillah bisa buka HP dan ngegame, hehe) pingiiiin banget menjawab semua keluhan mereka. Tapi, sisi lain dari diri saya bilang "Sudah diam saja, orang seperti itu, kalau dijawabi biasanya nggak akan didengar". Trus.. saya berpikir, "Oh, jadi begini ya suasana hati orang lain yang sedang mendengarkan orang mengeluuuh enggak berkesudahan. KEZEELL.."
Terimakasih dua ibu karena sudah memberikan saya satu lagi pelajaran berharga, yakni jangan terus menerus mengeluh seakan nasib diri yang paling ngenes. Padahal masih banyak orang di sekitar yang bernasib sama atau bahkan lebih ngenes lagi. Oh iya satu lagi, saya jadi merasa bersalah untuk teman-teman saya yang pernah saya curhati (lebih tepatnya mendengar keluhan saya), maaf ya Temans :(.
NB.
Ketika anda baru pertama kali atau belum sering naik CL, jika terpaksa naik CL yang satu arah dengan jam sibuk (berangkat atau pulang kerja), saran saya:
- Rilekskan badan anda.
- Masuklah dan langsung ke tengah atau cari posisi dimana anda bisa pegangan entah itu pada tiang atau pada pegangan yang sudah disediakan.
- Diusahakan jangan mengambil posisi tepat di tengah-tengah perempatan di depan pintu masuk.
- Ikutlah arus, kalau arusnya ke kanan ikut ke kanan kalau ke kiri ikut ke kiri. Biarin dibilang plin-plan yang penting enggak jatuh atau menjatuhi orang lain.
- Pakai feeling (ini jurus paling jitu, hehe)
- Usahakan sudah di depan pintu keluar saat pintu kereta di stasiun persis sebelum stasiun tujuan anda ditutup. Misalnya anda mau turun di Manggarai, saat di Tebet ketika penumpang dari Tebet sudah masuk lalu pintu kereta tertutup, langsung "permisi-permisi" sambil berjalan menyamping ke arah pintu keluar.
Kalau Teman ReeNgan ada yang sudah pernah naik Commuter Line? Kalau sudah pernah, ada pengalaman yang seru atau berkesan enggak? Share yuk..! ^_^
naik di jam sibuk sih bisa di hitung mbak, ya harus terima resiko. Bener harus cari tempat yang enak untuk pegangan dan berpijak
ReplyDeleteIya Mba bener, kalo sdh tau naiknya saat jam sibuk ya harus terima resiko.. :)
DeleteBiasanya yg ngeluh2 itu yg baru naik KRL dijam sibuk.. ^_^
Commuter line, mengingatkanku akan pengalaman naik kereta beberapa kali saat berlibur ke Jakarta bulan Maret dan April tahun 2012. Benar-benar ribet kalau udah naik di jam-jam sibuk, udah gitu kaya jadi ikan pepes saking penuh.
ReplyDeleteWoww.. berarti waktu itu masih ada yg ekonomi ya.. Iya itu wah kalo jam sibuk bisa sampai naik2 ke atap gerbong. Alhamdulillah sekarang sudah ga ada yg naik ke atap gerbong.. :)
DeleteNggak kebayang yang tiap hati harus naik kereta cl
ReplyDeleteAlhamdulillah... sepertinya yg sering naik CL sdh biasa & memaklumi, justru yg baru pertama kali lah yg kasihan. Biasanya mereka syok saat bareng satu arah dg jam sibuk..
Delete