Kenapa Sayang Dengan Uang Baru?

Assalaamu'alaikum.. ^_^

Postingan ini ada karena kegiatan kemarin sore, hehe. Ceritanya saya sedang membereskan amplop-amplop saya (sudah tahu kan kalau saya pakai sistem amplop untuk mengatur keuangan saya?), trus saya lihat ada amplop yang berisi uang super lecek. Saya memang mengumpulkan uang-uang super lecek yang saya dapat dari penukaran uang di beberapa tempat favorit saya. Trus saya lihat juga di beberapa amplop, ada uang yang masih baru kinyis-kinyis (itu kebanyakan nominal Rp 2.000 an lho). Lalu saya teringat masa empat bulan yang lalu.

Saat itu, uang-uang baru yang masih lempeng itu selalu saya pisah dan dikumpulkan di satu amplop. Rasanya tuh sayang kalau mau dipakai, sayang kalau lecek gitu, hehehe. Kalaupun terpaksa harus dipakai, biasanya saya remas dulu agar enggak terlihat baru. Teman ReeNgan ada yang punya perasaan seperti saya enggak? Namun, empat bulan yang lalu, saat saya sedang membagi pengeluaran ke dalam amplop-amplop dan memisahkan uang baru ke amplop terpisah, saya tercenung. Ini percakapan yang ada di otak saya saat itu :

"Lha, wong saya saja enggak mau ya kalau dikasih uang lecek, maunya uang yang masih bagus, kok saya malah ngasihnya uang yang enggak baru lagi"

""Ya, kan sayang aja kalau uang yang masih baru dipakai, udah pisah-pisahin aja tuh yang masih baru, yang lecek masukin aja ke amplop ongkos angkot. Toh sopir angkot juga bakal nerima""

"Hmmm.. kayaknya enggak adil deh. Ya sudah lah, saya masukkan saja uang-uang baru ini di amplop-amplop ongkos angkot dan makan siang. Siapa tahu, dengan merelakan uang baru itu dipakai, saya juga bisa belajar ikhlas merelakan yang lain"

Lucu ya.. hehe. Saya sering lho bercakap-cakap dalam hati dengan diri sendiri, terutama kalau sedang berada diantara dua pilihan. Akhirnya, saya ikhlaskan uang-uang baru yang lempeng itu masuk ke amplop-amplop angkot dan makan siang. Saya juga memilih-milih uang-uang super lecek yang sudah enggak layak pakai lalu saya masukkan ke amplop tertentu. Hal seperti ini simpel sebenarnya, tapi banyak manfaatnya. Alhamdulillah selama 4 bulan menjalankannya, saya sudah enggak memikirkan itu uang masih lempeng, pokoknya saya pakai aja. Lha kalau enggak dipakai-pakai mau dikemanakan, nanti bisa-bisa enggak laku lagi di pasaran ya.. :). Saya pikir, ini juga bisa sebagai bentuk menabung. Nanti kalau sudah banyak baru saya tukar di Bank Indonesia. 

Kalau Teman ReeNgan bagaimana sikapnya dengan uang baru, sayang atau biasa saja?