Assalaamu'alaikum.. ^_^
Akhir-akhir ini saya lagi senang bercerita seputar pengalaman dan mungkin sedikit pandangan saya. Beberapa minggu belakangan, saya mulai mendata barang-barang yang saya punya, istilah kerennya menginventarisir ya? hehe. Apa pasal? Banyak pasal, hehe. Karena manusia kadang-kadang harus diperlihatkan banyak hal dulu, baru dia sadar, betul enggak? Pertama, saya diingatkan oleh cerita BC di Facebook tentang seorang tukang kayu miskin yang menemani seorang kaya yang sudah meninggal di dalam kubur orang kaya itu. Bagaimana malaikat juga menanyainya perihal satu-satunya harta yang dia punya, yakni kapak. Enggak tanggung-tanggung, satu kapak ditanya sampai 30 hari. Saya membatin, Ya Allah... itu baru satu kapak ya. Lantas, saya melihat lagi harta yang saya punya, enggak ada kapak sih, tapi punya 3 pisau. Hiks.. itu ditanyanya berapa hari coba.. T_T.
Lalu saya mengingat lagi cerita tentang Nabi Muhammad SAW, ketika beliau langsung pergi seusai salam terakhir sholatnya. Ternyata setelah salam terakhir itu, beliau baru ingat bahwa beliau hari itu masih mempunyai beberapa dirham di bawah bantal (atau kasur ya) dan belum beliau sedekahkan. Ada juga cerita Nabi Muhammad yang hanya mempunyai beberapa potong baju saja. Lha, baju saya ada berapa potong coba, banyaaaak (walaupun enggak sampai ada closet khusus baju) T_T.
Yang baru kemarin-kemarin adalah sesosok Bea Johnson yang melakukan pola hidup "Zero Waste" di rumah dan keluarganya. Hanya barang-barang yang dipakai saja yang boleh ada dalam rumahnya, selebihnya dia tidak menerima barang yang tidak dia butuhkan. Bea berusaha agar diri dan keluarganya tidak menghasilkan sampah yang tidak bisa didaur ulang atau dikomposkan. Jadi, sampah-sampah yang dihasilkannya adalah sampah-sampah yang semaksimal mungkin bisa dijadikan kompos.
Saya tergugah. Bukan karena saya sok-sokan pingin ikutan mereka atau sok numpang femeuz, tapi karena memang saya tergugah. Saya menulis barang-barang yang saya butuhkan, mulai dari pakaian (dari luar sampai dalam), alat masak, alat kebersihan (dari toiletrees, cuci piring, baju, lantai, dan lainnya), elektronik/gadget, dan alat makan. Sekarang saya mulai melihat barang-barang yang saya punya. Baru baju yang saya lihat, yang lainnya belum. Ah.. semoga ini bukan hanya keinginan sementara trus pupus begitu saja, semoga ini bisa saya lakukan dengan konsisten, aamiin.
Saya sadar, saya belum bisa menjadi seperti Nabi Muhammad SAW atau pun Bea Johnson, saya akhirnya berpikir bagaimana caranya agar saya bisa meminimalisir barang yang saya punyai. Sebenarnya saya ingin mengganti semua barang-barang saya yang berbahan plastik, tapi saya bingung yang saya punyai sekarang mau diapakan, diloakkan atau diberikan ke orang lain. Sampai pada ide, oke karena barang-barang itu sudah terlanjur saya beli, yang bisa saya kurangi akan saya kurangi (seperti baju, dan peralatan makan), yang tidak bisa saya kurangi akan saya pakai terus atau saya habiskan (kalau makanan). Dan saya tidak akan membeli barang baru dimana barang itu sudah saya punya. Seperti yang saya tulis di postingan masuk satu keluar satu, hidup dengan sedikit barang yang betul-betul kita butuhkan dan kita pakai itu membuat pikiran menjadi enteng, hehe. Eh, beneran lho ini. Nah... kalau Teman ReeNgan punya masalah kenapa rumah selalu berantakan, coba dilihat lagi apakah ada barang yang sudah laaaaammmaaaa enggak dipakai, bisa lho diberikan ke tetangga yang membutuhkan :).
Saya sadar, saya belum bisa menjadi seperti Nabi Muhammad SAW atau pun Bea Johnson, saya akhirnya berpikir bagaimana caranya agar saya bisa meminimalisir barang yang saya punyai. Sebenarnya saya ingin mengganti semua barang-barang saya yang berbahan plastik, tapi saya bingung yang saya punyai sekarang mau diapakan, diloakkan atau diberikan ke orang lain. Sampai pada ide, oke karena barang-barang itu sudah terlanjur saya beli, yang bisa saya kurangi akan saya kurangi (seperti baju, dan peralatan makan), yang tidak bisa saya kurangi akan saya pakai terus atau saya habiskan (kalau makanan). Dan saya tidak akan membeli barang baru dimana barang itu sudah saya punya. Seperti yang saya tulis di postingan masuk satu keluar satu, hidup dengan sedikit barang yang betul-betul kita butuhkan dan kita pakai itu membuat pikiran menjadi enteng, hehe. Eh, beneran lho ini. Nah... kalau Teman ReeNgan punya masalah kenapa rumah selalu berantakan, coba dilihat lagi apakah ada barang yang sudah laaaaammmaaaa enggak dipakai, bisa lho diberikan ke tetangga yang membutuhkan :).
saya juga berusaha zero waste. Tapi memang susah :)
ReplyDeleteIya Mak, saya kemarin mikir panjaaang banget. Kalau ikut plek ketiplek mungkin butuh aktu yg panjang dan konsinstensi semua anggota keluarga. Akhirnya ya udah saya minimalisir pake plastik & memberikan barang yg kayaknya enggak akan saya pakai (baik barang baru atau lama) :)
DeleteMasak pun dulu diusahakan di meja ada makanan terus. Sekarang kalau anak2 blm bilang lapar, nggak disiapin. Sayang kebuang-buang.
ReplyDeletesaya mulai dari plastik kresek mbak. berani nolak kalau emang nggak butuh banget. dan sebisa mungkin plastik yang masih bagus..disimpen..kalo-kalo kita nanti butuh. nyelip dah tuh plastik di kolong meja kerja, di rak, di tas. oiya..sama karet gelang juga digituin..ini sebenere ajaran ibuk..hahah
ReplyDeleteKayaknya memang harus dievaluasi lagi nih barang-barang di rumahku.. :D
ReplyDeletebetul sekali! apalagi kita ibu2 yang tau kondisi inventaris barang di rumah, ada satu aja barang ga kepake keingetan ya....kalo bisa ga mubazir itu rasanys tenaaaang :)
ReplyDelete