Friday, 9 September 2016

Ketagihan Baca di Perpusda DKI Jakarta, Taman Ismail Marzuki Cikini

Assalaamu'alaikum...!! ^_^

buku, book, perpustakaan, library

Jalan-jalan saya ke Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini ini dipersembahkan oleh kepincut postingannya Kakak Rach Alida Bahaweres. 

Saya sudah suka dengan perpustakaan sejak kecil, terserah kalau mau dibilang pencitraan, hehehe (dulu saya memang pake hand & body lotion merk Citr* kok). Sebabnya karena dari saya bayi sampai SMA, kami sekeluarga masih tinggal di rumah dinas guru yang letaknya sangat dekat dengan SD tempat Mama mengajar. Rumah kamipun dipercaya sebagai tempat menitipkan kunci-kunci kelas, perpustakaan dan ruangan lain selain kantor. Eh, saya enggak tahu ding kunci kantor dulu dititipkan juga enggak ya, mungkin iya tapi Mama simpan terpisah. Mama memperbolehkan kami (saya dan dua adik saya, kadang dengan teman juga) tiap hari Minggu masuk ke perpustakaan SD. Sebenarnya sih ya, perpustakaan SD kami itu jadi satu dengan tempat penyimpanan peralatan olahraga dan peralatan lain. Lumayan creepy sih aslinya, tapi entah dapat wangsit darimana kok kami berani-berani saja ya. Buku yang tersedia di perpustakaan SD ya buku-buku yang sesuai dengan anak SD lah. Saya suka sekali membaca semua buku yang ada di situ, kecuali buku pelajaran, hehehe. Dari sinilah kesukaan saya pada membaca dan perpustakaan jadi berkembang.

Saya mulai kesulitan menemukan perpustakaan ya setelah pindah ke Jakarta. Padahal saya tahu kalau di Jakarta banyak sekali perpustakaan-perpustakaan ciamik, sayanya saja ya yang enggak mau cari tahu. Saya pernah membaca status FB seorang teman yang mengumumkan bahwa sekarang sudah ada lho perpustakaan online. Hanya.... kok saya pribadi kurang sreg ya membaca buku di HP. Mata saya cepat lelah dan kurang dapat feel-nya. Padahal sebenarnya asyik lho, misalnya lagi di kereta daripada bengong kan mending baca-baca e-book ya. Tapiii.... ya sudahlah. Sampai akhirnya, saya menemukan postingannya Rach Alida Bahaweres tentang perpustakaan ramah anak di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM). Lalu mata saya berbinar, saya harus kesana. Kan dekat sekali dengan stasiun KRL Cikini atau Gondangdia. Saya lalu ngecek jadwal bimbel, ternyata hari Rabu (7/9/2016) saya enggak ada jadwal mengajar. Okay, kita eh saya jalan-jalan ke sana.

perpustakaan, perpustakaan daerah, perpustakaan daerah DKI Jakarta, perpusda DKI Jakarta
Gedung perpusda DKI Jakarta yang di Taman Ismail Marzuki Cikini

Rencanya saya mau jalan pagi, biar siangnya bisa nonton film Ini Kisah Tiga Dara. Tapi enggak jadi pagi karena mood beberes rumahnya lagi naik trus sekitar jam 12.00 WIB itu hujan deras. Akhirnya saya baru berangkat jam 12.45 WIB-an gitu lah. Saya memilih naik KRL. KRLnya lama banget yang ke arah Stasiun Kota. Yap, kalau mau ke TIM naik KRL itu musti naik yang ke arah Stasiun Kota ya, kalau enggak ada yang ke arah itu, bisa pilih yang bisa transit di Stasiun Manggarai, dari situ baru ke peron 5 nunggu KRL yang ke arah Stasiun Kota. Saya rencananya dari stasiun ke TIM pingin jalan kaki saja *iyalah kan lagi semangat-semangatnya jalan kaki biar lemak kebakar ^_^*. Saya lalu melihat peta, dan memilih berhenti di Stasiun Cikini karena saya pikir tinggal lurus saja jalan kaki. Ternyataaaa... lumejen berkeringat juga. Dari Stasiun Cikini saya keluar trus ambil arah kiri. Saya melewati warung makan Sunda Ampera 2 Tak dan SMP N 1 Jakarta, serta beberapa hotel. TIM itu ada di seberang jalan ya kalau dari Stasiun Cikini. Hati-hati saat menyeberang jalan, karena jalanan lurus dan sepertinya tidak ada lampu merah. Saya sampai sekitar 20 menit kemudian, karena saya jalan agak santai.

ari mancur M.H Thamrin tahun 1965, bundaran HI tahun 1965
Foto air mancur Bundaran HI tahun 1965

Waktu masuk lewat gapura TIM yang kalau dilihat sepintas itu kayak enggak ada jalan masuknya, hehehe, saya belum melihat papan penunjuk Perpusda. Baru setelah sampai di depan Planetarium, saya menengok ke kanan, "Eh itu dia Perpusdanya ada di pojok kanan TIM". Sampai di aula sebelum pintu masuk, ada banyak lukisan dan foto-foto, saya enggak sempat memerhatikannya karena saya ingin cepat-cepat masuk ke perpustakaan. Alasannya kenapa coba? Dari aula itu sudah saya rasakan hawa dinginnya AC, hehehe. Kan saya habis jalan di siang bolong yang panas, jadi pingin-pingin cepat masuk saja bawaannya. Waktu masuk, saya diminta mengisi buku tamu yang disediakan persis di sebelah kiri pintu masuk. Kemarin sih ada satpamnya di situ. Lalu di situ juga ada semacam ruang pamer foto, buku, dan lukisan. Saya sebentar melihat-lihat foto-foto di situ. Ternyata bundaran HI tahun 60-an masih sangat lengang dan masih banyak semak belukar dimana-mana.

Salah satu loker di Perpusda DKI Jakarta

Kemudian saya masuk ke pintu kedua, disitu ada banyak loker, ada toilet, petugas kunci loker dan petugas pengembalian buku. Saya ke petugas kunci loker dulu yang tempatnya di sebelah kanan pintu. Petugas menjelaskan kalau saya mau ke lantai 1, 2, atau 3, barang bawaan saya dititipkan saja di loker. Dompet, HP, alat tulis boleh dibawa, tapi makanan dan minuman tidak boleh dibawa. Saya diminta menyerahkan KTP untuk ditkar dengan kunci loker. Lokernya enggak terlalu tinggi tapi lumayan dalam lho. Dasar saya ini enggak ngeh kali ya, saya lupa masih membawa botol minum saya yang bisa dicantol di jari itu lho. Hadehhh... saya baru tahu setelah mencari posisi duduk enak di lantai 1, ya sudahlah. Hari itu saya hanya ke lantai 1, yang isinya buku-buku umum. Kata Kak Alida, di lantai 2 ada koleksi buku anak dan playground-nya, sedang di lantai 3 tersedia koleksi ensiklopedia dan majalah serta koran terbaru. Hari itu niatan saya memang ingin membaca buku di perpustakaan.

rak buku, book, perpusda DKI Jakarta

Ruangan lantai 1 menurut saya cukup luas, tempat duduknya banyak dan disediakan juga karpet bagi yang ingin duduk di bawah. Saya sempat bingung melihat banyak sekali koleksi buku yang tertata di beberapa rak. Saya trus baca saja mana yang rak pengetahuan umum, hehehe cari aman. Ternyata letaknya paling kiri dan di sebelah raknya juga ada kursi dan meja baca inividual. Asyiiikk, jadi enggak perlu jauh-jauh cari bukunya. Setelah saya memilih buku, yang ternyata enggak lama waktunya karena pas saja saya nemu buku tentang blogging, saya memilih tempat untuk membaca di samping rak bukunya. Tadinya saya memilih di samping persis rak buku, tapi ternyata enggak ada colokan untuk charger. Lalu saya lihat meja disebelahnya (waktu itu meja nomor genap) ada colokannya, jadilah saya pindah tempat baca, hehehe. Waktu mau menggeser kursi, saya sangat hati-hati takut menimbulkan suara berisik, eh tapi ternyata enggak lho karena ada karet di kaki kursinya. Trus ada sandaran kaki juga di bawah meja. Ruangannya dingin tapi enggak sampai yang kedinginan dan cahayanya terang (mungkin karena waktu itu masih siang ya).




Ahh.. akhirnya kesampaian juga membaca di perpustakaan lagi. Saya keasyikan sampai menghabiskan 2 buku selama sejam setengah. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, saatnya saya pulang karena jalur KRL saya searah dengan orang yang pulang kerja, berarti bakalan penuh luar biasa. Buku yang sudah dibaca bisa langsung dimasukkan ke dalam book drop yang ada di ujung masing-masing rak atau ke petugasnya langsung. Sebelum pulang, saya sempatkan ke toilet dulu. Toiletnya ada di tiap lantai, dan bersih walaupun enggak ada tisu toiletnya. Mushola ada di lantai 1, tersedia mukena juga di situ. Saya lalu mengambil semua barang yang saya simpan di loker. Kemudian menukar kunci loker dengan KTP di petugas.

Pulangnya saya mengambil rute yang berbeda, yakni ke arah Stasiun Gondangdia. Jadi dari pintu keluar TIM, saya ambil arah kanan enggak usah menyeberang jalan. Sepanjang jalan saya disuguhkan dengan pemandangan warung kopi yang berderet, pingin mampir sih, tapi sudah sore (percayalah, saya sebetulnya sangat enggak suka berdesakan di dalam KRL). Saya melewati Kantor Pos Cikini (yang katanya buka 24 jam), kompleks ruko Menteng Huis dan masjid Cut Meutia. Saya sengaja lewatnya dari dalam masjid Cut Meutia saja. Enggak sampai 10 menit saya sampai di Stasiun Gondangdia. Lebih dekat dan lebih nyaman untuk menyeberang jalan. Sesampainya di stasiun Gondangdia, saya memilih naik kereta ke arah Stasiun Kota dulu, nanti baru dari stasiun Kota, saya naik KRL yang ke arah stasiun Bogor. Maksudnya sih biar dapat tempat duduk dan alhamdulillah dapat tempat duduk.

Itulah pengalaman saya ke perpustakaan, dan hasilnya jelas banget saya ketagihan pingin lagi ke sini. Malah pingin bikin kartu perpustakaan juga, hehehe. Saya belum coba perpustakaan yang di Universitas Indonesia, pingin kesana juga. Teman ReeNgan suka baca buku di perpustakaan atau di toko buku? Atau lebih suka membaca buku dimana? [] Riski Ringan

14 comments:

  1. Jadi ingat jaman masih kuliah. Weekend suka ngabisin waktu di perpustakaan wilayah. Sayangnya sekarang di kampung halaman tercinta, koleksi buku perpustakaan kurang menarik. Jarang update buku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Andai di setiap desa ada perpustakaan desa, ya Mba Rochma. Tentu yang bukunya update.

      Delete
  2. Waaah, jadi pengen ke sana lagi...
    tempatnya nyaman banget ya Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, kak Cindi. Wah jadi pernah kesana toh? Saya juga jadi pingin kesana lagi ^_^. Kan lantai 2 dan 3 nya belum saya jelajahi ^_^

      Delete
  3. Sampai sekarang saya juga masih ke perpustakaan, Mbak. Ternyata memang bener ya, kebiasaan dari kecil kebawa dan mempengaruhi sampai kapan pun. Dulu dari SD sampai SMA jadi penunggu setia perpustakaan sekolah. Terus berlanjut sampai tua deh....hehehe...

    Salam kenal ya, Mbak. Mbak atau dik ya enaknya? Mbak saja lah biar kelihatan seumuran...:-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba. Enggak tahu kenapa kalau sudah di perpustakaan itu bawaannya betah.

      Delete
  4. Yang buat anak2 keren abnget di sini jugakah mb? Tempat bermain dan mainan edukasi yg lengkap ituu..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener, ada di lantai 2, Mba Shona. Hanya saja hari itu saya tidak ke lantai 2.

      Delete
  5. Lengkap dan bikin mupeng nih, Mbak. Saya belum pernah malah, padahal Bogor Jakarta mah dekat. Suka ke perpustakaan daerah Bogor aja, udah asyik benar anak-anak meskipun koleksi ga selengkap perpusda Jakarta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya malah belum pernah ke perpus Bogor. Pengen juga jelajah perpustakaan :)

      Delete
  6. Wah... belum pernah ke sini nih, jadi mupeng juga :D

    ReplyDelete
  7. Menarik banget! Referensiku untuk minggu depan hihihi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayoo..!! Tempatnya enak trus enggak pegal baca karena ada tempat duduknya ^^.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...