Thursday, 6 July 2017

Persiapan VS Pelaksanaan Mudik Naik Kereta 1438 H (Juni 2017)

Assalaamu'alaikum...!! ^_^


Tahun ini tahun yang spesial untuk saya karena, akhirnya suami mau mudik naik kereta bareng saya! Yeay! Iya, biasanya beliau mudik mengendarai motor sendiri. Tahun lalu malah beliau basah kuyup di perjalanan karena sepanjang jalan kehujanan. Hadeehh... bikin was-was saja.

Cerita-cerita mudik ala ReeNgan : Mudik

Dikarenakan mudiknya naik kereta semua, jadi persiapan mudiknya sedikit berbeda dengan tahun lalu. Walaupun ada beberapa yang sama sih, hehehe. Teman ReeNgan mau tahu apa mau tahu banget?

1. Menyiapkan Dana Mudik
Persiapan
Mudik adalah kegiatan tahunan yang insyaa Allah selalu saya dan suami lakukan karena kami ini adalah perantau. Alhamdulillah, kami masih satu kecamatan, jadi bersyukur karena sekali mudik bisa ke rumah mertua dan orang tua. Pekerjaan kami di Jakarta adalah karyawan dengan gaji UMR Jakarta. Sedangkan kami tidak memungkiri bahwa dana yang harus kami keluarkan untuk mudik itu tidak sedikit. Awal menikah, kami tidak mempunyai persiapan apapun terkait dana mudik ini. Jadilah akhirnya kami kebingungan memenuhi kebutuhan di bulan berikutnya. Hal itu menjadi pelajaran berharga untuk kami menyiapkan dana mudik jauh-jauh hari.

Postingan tentang dana mudik: Menyiapkan Dana Idul Fitri ala ReeNgan

Sebenarnya saya pernah menulis secara rinci persiapan dana mudik ala kami berdua, silakan bisa diklik link hidup di atas paragraf ini ^_^. Akhirnya, kami memutuskan untuk mempunyai tabungan khusus untuk dana mudik yang tiap bulan kami isi hingga mencapai nominal tertentu. Bagaimana caranya tahu kebutuhan kita selama mudik? Saya belajar dari mudik di tahun sebelumnya dimana saya mencatat hampir semua pengeluaran tahun itu kemudian saya tambah 50% atau saya kalikan dua. Hasil kali itulah nantinya yang harus kami penuhi. Lalu, kami bagi-bagi lagi ke dalam beberapa pos kebutuhan lebaran, istilah kerennya budgeting ya ^_^.

Pelaksanaan
Tahun lalu kemungkinan saya hanya mencatat pengeluaran dari saya pribadi dan tidak saya gabungkan dengan pengeluaran suami. Makanya dana mudiknya terlihat lebih sedikit, sehingga saya mendobelkan dana mudik tahun ini. Setelah menghitung hampir semua pengeluaran saat mudik kemarin (1438H), saya tidak mendobelkan dana mudik untuk tahun depan. Melainkan membuat dana cadangan untuk angpau, dan menambahkan dana untuk makan serta dana mendadak. Alhamdulillah dengan merencanakan dana mudik, pengeluaran mudik kami tahun ini hanya defisit Rp100.000,- dan tidak mengoyak-oyak anggaran belanja kami setelah lebaran.

2. Membuat Jadwal Mudik dan Balik
Persiapan
Alhamdulillah, bulan Ramadhan 1438 H ini saya full di rumah karena kegiatan belajar mengajar di bimbel sudah selesai sebelum puasa. Namun untuk jadwal mudik, saya tetap menyesuaikan dengan jadwal cuti bersama di kantor suami. Sebenarnya kami sudah memperkirakan jadwal mudik sejak Desember 2016, tepatnya sejak tanggalan sudah banyak beredar, hehehe. Biasanya kan cuti bersama itu H -3 sampai H +3 Idul Fitri. Tahun ini, suami mengambil cuti tahunannya agar libur lebarannya lebih lama.

Pelaksanaan
Sekitar 4 bulan sebelum lebaran, saya berbincang lagi dengan suami, beliau ingin mudik dan balik tanggal berapa. Mengingat waktu itu di kalender pendidikan, libur akhir tahun pelajaran sampai 16 Juli 2017, jadi saya serahkan penuh jadwal mudik balik ke suami. Beliau akhirnya memutuskan untuk mudik di H-4 malam, agar paginya masih bisa bekerja. Sedang baliknya, karena beliau mengambil cuti tahunannya jadi H+5 malam, dengan perkiraan sampai di Jakarta hari Sabtu pagi, sehingga kami bisa beristirahat terlebih dulu. Yang artinya, liburannya lebih lamaaa... ^_^.

3. Membeli Tiket Kereta Api



Persiapan
Setelah membuat jadwal mudik dan balik, kami menghitung mundur 90 hari untuk persiapan kira-kira kami tanggal berapa harus beli tiket kereta api. Saya pribadi tidak mau terburu-buru dan berspekulasi menunggu kereta tambahan lebaran. Berdasarkan pengalaman kemarin membeli tiket, ada beberapa tip yang bisa saya bagikan ke Teman ReeNgan.
  • Sehari atau dua hari sebelum pesan tiket kereta api, Teman ReeNgan bisa mengecek jadwal keberangkatan dan harga tiket dari beberapa kereta api tujuan Teman ReeNgan. Jadi bila saatnya memesan tiket, Teman ReeNgan sudah tahu akan berangkat jam berapa menggunakan kereta apa saja. Saya dan suami memilih jadwal mudik malam agar bisa berbuka puasa stasiun, dan mudah melaksanakan sholat.
  • Website resmi PT KAI biasanya akan down pada pukul 23.59, dan baru bisa muncul pada pukul 00.05. Pada pukul itu pun, hampir semua tiket mudik stasiun tujuan saya sudah habis. Saya menyarankan Teman ReeNgan membeli tiket mudik di website lain yang sudah bekerjasama dengan PT KAI seperti tiket.com, traveloka, tokopedia, blibli, atau di agen-agen travel lain (yang informasinya bisa didapatkan di stasiun keberangkatan, bila Jakarta : Gambir dan Pasar Senen).
  • Memesan tiket kereta sambung. Maksudnya, keretanya tidak langsung ke stasiun tujuan, melainkan ke stasiun transit dulu, baru dilanjutkan dengan kereta lain ke stasiun tujuan. Contohnya kami, stasiun tujuan kami adalah Bumiayu, nah saat mudik, kami akhirnya memesan tiket ke Tegal dulu, baru memesan tiket kereta api yang berbeda di hari yang sama dengan tujuan stasiun Bumiayu. Jadi, perjalanan kami akhirnya seperti ini: stasiun Gambir -> stasiun Tegal -> transit menunggu jam keberangkatan -> stasiun Bumiayu.
  • Jika menggunakan cara seperti poin 3, usahakan jadwal kedatangan kereta pertama dengan jadwal keberangkatan kereta kedua tidak terlalu mepet. Kami saja menggunakan spare waktu sampai 5 jam (lama banget ya). Ya di spare waktu sekitar 3 jam lah untuk jaga-jaga kalau-kalau ada keterlambatan berangkat dan kedatangan kereta pertama.
Pelaksanaan
Kami akhirnya membeli tiket kereta sambung, dan transit di Tegal. Namun, tahun ini saya salah memperhitungkan jadwal kereta. Tahun lalu, kereta yang saya naiki mengalami keterlambatan sekitar 1 jam. Tapi tahun ini, kereta berangkat dan sampai tepat waktu, sehingga kami harus menunggu sekitar 7 jam untuk naik ke kereta berikutnya, yang mana itu terlalu lama menurut saya. Kemungkinan tahun depan, bila kami mudik menggunakan kereta lagi, saya akan langsung membuka website lain selain website punya KAI agar bisa mendapatkan kereta yang berhenti di stasiun tujuan. Namun, bukan berarti tip-tip di atas gagal ya, hehehe. Alhamdulillah, untuk perjalanan baliknya, kami mendapatkan tiket kereta dengan harga terendah dan waktu menunggu yang lebih cepat daripada saat mudiknya.

4. Packing Barang Bawaan
Persiapan
Walaupun menggunakan kereta api, tapi suami menginginkan barang bawaan kami ditata di tas punggung. Padahal biasanya saya harus membawa oleh-oleh untuk keluarga di kampung. Jadi untuk menyiasati hal itu, saya mempaketkan oleh-oleh untuk keluarga dengan jasa pengiriman paling murah yang ada di kecamatan. Oleh-oleh ini sebenarnya opsional, tidak harus ada. Namun entah mengapa, sebelum bulan Ramadhan ada saja yang memberi hadiah kemeja, gamis, sarung ke kami dan kebanyakan tidak muat, hehehe. Selain itu, sebelum Ramadhan banyak teman-teman yang berjualan online memberi diskon besar. Ya manalah sanggup awak menangkisnya kan? Intinya seperti ini:
  • Saya membeli baju lebaran atau oleh-oleh lebaran sebelum bulan Ramadhan, agar harganya belum naik.
  • Semua hadiah dari teman dan oleh-oleh yang dibeli tadi dipacking dan dikirim lewat ekspedisi yang paling murah biayanya.
  • Biasanya dua minggu atau seminggu menjelang Idul Fitri, ekspedisi mulai overload, jadi sebisa mungkin mengirim paketnya sebelum itu. Saya sendiri beberapa hari di awal Ramadhan sudah mengirimnya.
Saya targetkan hanya membawa 2 ransel dan 1 tas selempang saja. Kemarin saya sudah membuat daftar bawaan kami selama 10 hari mudik, diantaranya:
  • Sandang saya : 3 gamis, 1 kaus lengan panjang, 1 tunik, 1 rok, 2 celana panjang, 1 kaus manset, 2 innerpant, underwear (disebutin jumlahnya enggak?), 1 mukena, 1 sajadah tipis, 1 handuk tipis dan 3 kaus kaki
  • Sandang suami : 4 kemeja, 4 kaus, 2 celana panjang, 1 celana pendek, underwear & 2 sarung
  • Peralatan elektronik : laptop & chargernya, HP masing-masing & chargernya, powerbank & flashdisk. Jika memungkinkan semuanya dibungkus ke dalam wadah kedap air (kami tidak membawa kamera karena yaa kami belum punya, hehehe)
  • Dompet masing-masing yang berisi KTP, tiket sekali jalan, uang saku sekali jalan, kartu donor darah & kartu informasi nomor darurat serta informasi penting mengenai kami
  • Peralatan makeup & perawatan tubuh seperlunya seperti pelembab, BB cream, bedak tabur, lipstik, eye liner (hehehe) & maskara. Perawatan tubuhnya seperti hand and body lotion, masker (karena ada masker, jadi saya bawa saja nanti), pembersih wajah & parfum
  • 2 tas besar yang bisa dilipat untuk tempat oleh-oleh dari kampung
  • 2 kantong plastik besar (kantong plastik bekas laundri) untuk membungkus pakaian kotor saat balik
  • Peralatan P3K dan obat-obatan pribadi di tas masing-masing
Pelaksanaan
Akhirnya saya bisa juga memasukkan semua barang bawaan ke dalam 2 tas punggung besar dan 1 tas punggung kecil. Iya, saya enggak jadi pakai tas selempang karena alhamdulillah PO tas punggung kecil saya di @siswawirausaha sudah jadi sebelum saya mudik. Itu lho, tas punggung kecil yang modelnya lagi ngetrend habis. Di tas punggung itu, saya isi dengan pouch makeup, pouch charger, dompet, mukena, notes, pulpen, uang kecil, dan printilan lainnya. Namun, ternyata seminggu sebelum saya mudik, yang mana oleh-oleh sudah dikirim jauh-jauh hari sebelumnya, masih ada saja yang memberikan hadiah ke kami. Jadi ya mau enggak mau, harus ada tambahan 1 tas lagi untuk membawanya. Jadi, total bawaan saya adalah 2 tas punggung besar, 1 tas punggung kecil, 1 tas oleh-oleh, dan 1 tas makanan. Tahun depan, kata suami mudiknya pakai koper saja. Oke deh, Beib.. ^_^.


5. Membawa Bekal Makanan dan Minuman


Kami sengaja memilih waktu mudik setelah buka puasa agar bisa berbuka di stasiun. Tadinya saya mau membawa makanan jadi dari rumah, tapi suami protes, katanya enggak usah. Yaaa akhirnya saya hanya membawa jajanan di rumah yang tinggal sedikit lalu saya masukkan ke ziplock bag (yang kayak kantong plastik obat di Puskesmas itu lho, cuma lebih besar) untuk dimakan di kereta.


Alhamdulillah, kami sampai di stasiun sekitar 10 menit sebelum waktu buka puasa, lalu kami masuk ke salah satu restoran padang di situ untuk berbuka puasa (jadi duduk dulu, trus pesan menu yang nanti diantarkan mendekati waktu berbuka). Makan disitu menghabiskan sekitar Rp100.000,-an lebih sedikit. Hmmm.... tahun depan insyaa Allah bawa sendiri saja dari rumah ah.

6. Persiapan Rumah Sebelum Ditinggal Mudik

Yang saya siapkan sebelum berangkat ke stasiun antara lain:
  • Semua barang-barang yang akan kami bawa sudah saya packing 2 hari sebelum berangkat dan saya letakkan semua di ruang tamu.
  • Tiga hari sebelum berangkat, saya membersihkan kulkas. Selama 3 hari itu pula, kami berusaha menghabiskan makanan yang tidak tahan lama. 
  • Sehari sebelum berangkat, kami membersihkan seluruh rumah. Mulai dari menyapu, membersihkan langit-langit, mengepel, membersihkan kamar mandi, dan memasukkan baju-baju kotor ke laundry 24 jam (alhamdulillah sudah selesai dan bisa diambil sebelum kami berangkat).
  • Sekitar sejam sebelum kami berangkat, cucian piring sudah bersih dan kering sehingga bisa dimasukkan ke dalam lemari piring. Lalu kami mandi, handuknya saya jemur di dalam rumah, biar tidak jamuran dan langsung bisa saya cuci saat balik ke Jakarta.
  • Pastikan semua colokan listrik tercabut (kalau di saya, kecuali untuk kulkas, karena masih ada makanan instan yang butuh dingin, saya hanya menurunkan suhunya saja menjadi di titik ke-3), gas terkunci sempurna, lampu mati semua, tidak ada wadah berisi air (di kamar mandi baknya dikuras & toilet ditutup, dan wadah lainnya yang ada di dalam rumah usahakan tidak ada air menggenang), gantungan baju dikosongkan, kasurnya ditutup (suami menutupnya dengan kertas koran, tapi bisa juga dengan sprei lama), jendela-jendela terkunci semua.
  • Motor, suami menitipkannya ke kantor. Tapi, dari iklan POLDA Metro Jaya, Teman ReeNgan bisa menitipkan kendaraan bermotor di kantor polisi terdekat.
  • Pamit kepada tetangga yang tidak mudik.

Dari pengalaman kemarin, saya menyadari bahwa persiapan itu penting sekali dilakukan. Sebelum mudik pun, saya membaca-baca lagi tulisan saya mengenai persiapan mudik tahun lalu. Walaupun, bakal ada saja sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Hal itu jangan dijadikan beban, tapi jadikan pelajaran untuk persiapan mudik tahun berikutnya.


Sehari setelah balik ke Jakarta, saya dan suami sudah membuat totalan pengeluaran saat mudik dan rencana dana mudik untuk tahun depan. Whaatt!! Yaaaa... agar kami bisa langsung semangat kan kerjanya, hehehe *alasan*. Semoga Teman ReeNgan terinspirasi! ^_^. Bagaimana dengan persiapan dan pelaksanaan mudik Teman-Teman ReeNgan? [] Riski Ringan

4 comments:

  1. Seru yaa mudik jarak jauh. Aku kadang suka kangen lo, mudik dengan bua malam waktu masih tinggal di luar jawa sama ortu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo mudik lagi, ke rumah siapa gitu Kak Rahmi, #eh ^_^

      Delete
  2. Persiapan dana memang harus matang ya mbaa kalau mudik kalau enggak bisa berabe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, kalau enggak matang jadi keteteran pas sudah di kampungnya...

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...