Assalaamu'alaikum...!! ^_^
Alhamdulillah bulan ini saya bisa membaca buku lain selain buku pelajaran Biologi sekolah 😍. Bulan Oktober ini, saya baru bisa membaca 2 buku, semuanya adalah novel. Walaupun hanya 2 buku, menurut saya ini sudah lumayan daripada beberapa bulan sebelumnya, saya bahkan pernah dalam 3 bulan tidak membaca buku satu pun, hehehe. Saya berterimakasih pada sakit cacar air yang saya derita dua minggu yang lalu. Waktu itu, selama saya istirahat dan tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah tangga, akhirnya saya membaca salah satu novel ini untuk mengusir jenuh.
Sejak saya melihat-lihat Jakarta International Book Fair 2017 bulan Agustus lalu, saya mulai tertarik membaca novel karya Tere Liye. Di acara tersebut, saya membeli 2 novel karya Tere Liye, yang berjudul "Rindu" dan "Tentang Kamu". Saya lebih dulu membaca novel Tere Liye yang berjudul Rindu pada September 2017 kemarin.
Mungkin saya ini sama seperti kebanyakan orang yang doyan membeli buku, tapi entah kapan dibacanya, 😜😜. Waktu membereskan buku, saya menemukan beberapa buku yang belum pernah saya baca. Tapi, hari Minggu (29 Oktober 2017) kemarin, saya masuk lagi ke Gramedia dan membeli 2 novel, hahaha. Yang satu novel karya teman saya di facebook yaitu Dyah Prameswarie dengan judul Djoeroe Masak #1 - Jenang Bukan Dodol, dan novel satunya lagi adalah tentu saja karya dari Tere Liye yang berjudul Pulang.
Saya membeli novelnya Kak Dyah karena penasaran dengan isinya. Gimana ya, habis Kak Dyah berhasil membuat saya ingin baca novelnya saat mengunggah foto ilustrasi resep di akun facebooknya. Katanya salah dua ilustrasi itu ada di dalam novel terbarunya. Kan..kan jadi pingin beli.. 😉. Kalau novel karya Tere Liye itu saya beli selain karena katanya tahun 2017 ini adalah produksi massal terakhirnya yang dijual di toko buku, juga karena saya suka dengan gaya tuturnya. Gaya tutur khas Tere Liye ini mengingatkan saya saat saya kecil dan suka sekali membaca cerita karya Oemar Kayam yang berjudul Mangan Ora Mangan Kumpul. Gaya tutur mereka berdua memang beda sih, tapi keasyikannya sama menurut saya.
Eh, dari tadi saya bahas behind the scene terus ya. Oke, saya cerita sedikit ya tentang buku yang saya baca ini.
1. Tentang Kamu karya Tere Liye
Saya membeli novel Tentang Kamu cetakan ke VIII. Kenapa saya tertarik membeli novel ini dari sekian banyak novelnya Tere Liye? Karena sampulnya berwarna oranye trus gambarnya sederhana, hanya sepasang sepatu kulit tua, hehehe. Saat saya membaca sinopsis di sampul belakang, saya kira ini adalah novel percintaan romantis menye-menye antara laki-laki dan perempuan, nyatanya ini adalah novel tentang pencarian. Tertipukah saya? Enggak sama sekali.
Novel ini bercerita tentang pencarian ahli waris oleh seorang pengacara dari firma hukum yang paling disegani di Inggris. Kenapa harus dicari? Karena sang nenek yang menitipkan pengelolaan harta warisnya ke firma itu telah meninggal di salah satu panti jompo di Paris. Selama hidupnya, nenek ini tidak pernah satu kali pun bercerita tentang keluarganya atau dikunjungi oleh kerabat dan temannya. Jika tidak segera dicari ahli waris yang sah, ditakutkan harta sang nenek yang bernilai 19 trilyun rupiah itu akan jatuh ke tangan yang salah. Ditemukan satu fakta menarik di situ, bahwa sang pengacara dan sang nenek sama-sama lahir dan besar di Indonesia serta berdarah Indonesia.
Selama menelusuri jejak sang nenek berdasarkan buku diari peninggalan sang nenek, Zaman, sang pengacara harus pergi ke berbagai daerah di Indonesia, Inggris dan terakhir Paris. Zaman menelusuri kehidupan sang nenek dari pertama kali beliau lahir sampai akhirnya meninggal di Paris. Selama menyusuri jejak kehidupan sang nenek ini, Zaman mendengar banyak cerita tentang ketangguhan dan kesantunan hidup sang nenek. Begitu pun dengan kisah romantis, kisah bahagia, kisah sedih bahkan tragis yang menimpa sang nenek.
Di tengah-tengah membaca novel, saya sempat berpikir apakah Zaman ini sebenarnya adalah ahli waris si nenek. Nanti apakah twistnya seperti itu, yaaaa seperti drama-drama yang lain. Ternyata, Tere Liye berusaha serealistis mungkin bercerita di novel ini. Menurut saya, tidak adegan super dramatis di "Tentang Kamu", semuanya mengalir seperti di kehidupan nyata. Sehingga bagi penggemar drama seperti saya, seperti agak-agak kurang greget gitu. Namun anehnya, kok saya bisa baca sampai selesai tanpa melompati satu kalimat pun di novel ini ya.
Teman ReeNgan yang belum beli, yuk beli novel ini sebelum masa jualnya habis 😭😭.
2. Djoeroe Masak #1 - Jenang Bukan Dodol karya Dyah Prameswarie
Novel ini adalah novel kuliner. Kisah percintaan dalam novel ini direkatkan oleh kuliner dan kuliner juga lah yang menjadi pusat cerita dalam novel ini. Bila novel lain kebanyakan sedikit bahkan tanpa ilustrasi, Djoeroe Masak ini tidak pelit dengan ilustrasi yang berwarna. Jenang Bukan Dodol adalah seri pertama dari 4 seri dalam novel Djoeroe Masak. Tapi, cerita dalam novel ini tidak bersambung melainkan tamat. Jadi mungkin tiap serinya bisa dinikmati secara terpisah.
Dikisahkan ada seorang laki-laki Indonesia bernama Aidan yang belajar memasak di sekolah masak di Amerika Serikat. Waktu mendekati kelulusannya, Aidan ditantang untuk membuat restoran khas Indonesia di Bandung oleh ayahnya. Sialnya, pada saat pembukaan restoran bernama A tersebut, menu yang Aidan hadirkan kacau semua sehingga akhirnya A harus tutup dan Aidan dibilang chef yang tidak tahu kuliner negaranya sendiri.
Untuk membayar kegagalannya tersebut, Aidan pergi ke Yogyakarta untuk belajar membuat jajanan khas Indonesia khususnya Jawa. Saat di Yogyakarta itulah Aidan bertemu dengan Sedayu, seorang pedagang Jenang di pasar Ngasem yang masih kuliah. Aidan pun ingin berguru pada Sedayu. Dari situlah kisah mereka dimulai.
Cerita dalam novel ini sebetulnya menarik sekali, karena jarang ada novel yang bisa mengulas tentang kuliner sedemikian dalam. Namun ada 3 hal yang mengganggu saya ketika membaca Jenang Bukan Dodol ini. Yang pertama adalah perpindahan adegan yang tidak mulus. Saya sering dibuat bingung ketika membaca adegan per adegannya. Mungkin rasanya sama seperti naik roller coster waktu turun dari ketinggian, terlalu cepat untuk dicerna. Yang kedua, cerita pada anti klimaksnya kurang greget, semacam dipaksakan untuk selesai. Dan yang ketiga, ini sih selera saya pribadi ya, munculnya benih cinta itu kok ya cepat sekali. Terlalu cepat malah hingga saya berpikir, "Ternyata Sedayu ini mauan ya". Tapi, kan siapa yang bisa melarang atau menghalangi tumbuhnya cinta di hati kan? Misal pada pandangan pertama langsung jatuh cinta, so what, itu bisa saja terjadi, hehehe.
Sama seperti novel Tentang Kamu karya Tere Liye yang bagi saya kurang drama, tapi dibaca habis, Jenang Bukan Dodol juga walaupun bagi saya kurang greget, tapi saya baca habis. Bahkan saya tidak melompati satu kalimat pun dalam novel ini. Aneh, kan? 😎😎
Ada satu teman saya di facebook yang menyarankan untuk tidak hanya membaca seri 1 nya, tapi juga membaca seri ke-2, 3 dan 4 nya. Kata beliau, seri 2 dan 3 nya sudah mulai greget. Hmm... kan saya jadi penasaran segreget apa sih. Nanti saya coba beli seri 2 dulu deh.
Bukan berarti Jenang Bukan Dodol ini jelek lho ya, karena selera tiap orang kan berbeda. Ada tiga hal yang saya suka dari novel ini yang akhirnya saya tidak mau memberikan novel ini ke orang lain, hehehe. Pertama, novel ini tidak mahal dengan kertas putih berkualitas bagus dan full colour. Kedua, ada banyak sekali ilustrasi berwarna yang menguatkan imajinasi saat membaca novel ini. Dan lagi, ilustrasi itu adalah jenis ilustrasi yang saya suka. Kemudian ketiga, di halaman-halaman terakhir novel ini disajikan semua resep beserta tip memasak dan ilustrasi cara memasaknya. Resep-resep yang ditulis merupakan resep makanan dan masakan yang diceritakan atau menjadi pusat cerita dalam novel ini. Resepnya enggak ngasal kok, karena si penulis adalah food blogger dan perempuan yang ahli memasak. Novel kuliner yang menarik, kan?
Walaupun baru dua buku cerita yang saya baca di bulan Oktober 2017 ini, namun saya bersyukur sekali bisa diberi kesempatan untuk membacanya. Di kotak buku saya, masih ada 3 novel dan 1 majalah National Geographic lagi yang siap saya baca, hehehe. Semoga bulan depan saya bisa membaca lebih banyak lagi buku cerita, majalah, tabloid, dan koran, aamiin.
Bulan Oktober 2017 ini, Teman ReeNgan sudah membaca berapa buku? Judulnya apa saja? Apakah Teman ReeNgan punya rekomendasi buku berjudul apa yang bagus untuk saya baca? Terimakasih ya 😍😍😍 [] Riski Ringan
Belum punya 22nya,tertarik banget pingin Baca yg juru masak, menarik banget covernya dan banyak ilustrasi yang kece banget...
ReplyDeleteAyo Kak, beli 2 buku ini, hehehe. Di Gramedia online juga ada lho... ^_^
DeleteTentang kamu seru yah, mba. Sebulan lalu aku ngabisin trilogi bumi, bulan dan matahari. Tinggal bintang nih, mba. Tapi males ke toko buku. Takut kalap :D
ReplyDeleteGimana cerita trilogi itu. Aku sempat lihat bukunya di toko buku, tapi belum tertarik membeli karena anggaran beli buku bulan ini sudah menipis... T_T
DeleteAku punya komunitas baca mbak.. yg bikin aku semangat baca.. nek nggak ya gitu, bacane bakal bolong2, bahkan gak pernah baca..
ReplyDeleteKalau yg tentang kamu aku blm baca tuh mbak, yg tere liye, baru baca yg pulang.. dan bagus bgt karyane.. bikin kita tuh ngerasain kejadian itu.. kayaknya "tentang kamu" bakal aku simpen di list tunggu aku deh.. hehehehe
Saya sudah hampir 4 bulan tidak membaca buku
ReplyDeletebukan karena males atau tidak ada waktu
tapi mager untuk ke gramedianya.. pengen tidur aja wekekekeke
Novel Tentang Kamu saya baca seharian. Begitulan kalau saya lagi penasaran dan semangat. Selalu pengen membaca hingga selesai. Novelnya mba Dyah Prameswari belum punya...ih pengen beli.
ReplyDeletesalut yang masih rajin baca, aku skrg baca semampu mataku, maklum mata tua yang gak bisa kayak dulu lagi, seringnya sih ketiduran pdhl baru baca beberapa halaman
ReplyDeletePenasaran sama novel "Djoeroe Masak"-nya! Kebetulan saya suka dengan cerita-cerita yang berhubungan sama kuliner. :D
ReplyDeleteTentang Kamu, PUlang dan Rindu uda aku baca mba masing2 hanya butuh sehari karena memang saya suka karyanya bAng Darwis aka Tere Liye ini. Kalau novel Ibu Paus belum baca euy belum beli soalnya hahaha..oktober ini aku mayan banyak baca karena kejar target challenge reading :D
ReplyDeletebuku djoeroe masak aku dah punya plus ttd penulisnya :D
ReplyDeletekalo tere liye favoritnya anak sulungku. dia punya bberapa koleksi buku tere liye selama tinggal di pesantren. dan aku belum sempet baca satu pun *ouch*
Dah lama banget ngga beli buku hahahhaa, terakhir baca buku suami sirkus pohon - Andrea Hirata, udah itu doang :D aku tertarik sama buku jenang bukan dodol, pengen nyari ah ntar :D
ReplyDeleteJadi pingin baca tentang kamu, sebelumnya saya belum pernah membaca buku2nya tere liye padahal sering lihat di gramedia. bulan ini saya juga lagi seneng2nya baca mba, tapi kadang2 suka binggung klo mau mulai ngereview, hehe
ReplyDeleteWaah... saya sudah lama tidak membaca buku. :( Buku yang terakhir kubaca adalah buku novel "Kartu Anak Nakal" karya Hwang Sun Mi. Setelah itu belum sempat lagi.
ReplyDeletegimana ya caranya untuk mengembalikan semangat membaca ?
Eh, sebenarnya juga baca buku Halo Balita ding... tepatnya membacakan untuk anak saya. hehehe