Thursday, 5 October 2017

Saya & Suami : Wisata Kuliner di Cirebon Hari Kedua

Assalaamu'alaikum...!! ^_^


Bagaimana rasanya setelah membaca postingan wisata kuliner di Cirebon hari pertama? Makanannya kelihatan lezat-lezat semua ya, hehehe. 

Silakan baca ini dulu : Wisata Kuliner di Cirebon Hari Pertama.

Saya dan suami berlibur selama 2 hari di Cirebon. Kebetulan kami check out dari hotelnya jam 12.00 WIB. Selama sisa itu, kami manfaatkan untuk berjalan-jalan ke pasar Kanoman. Sebenarnya karena kemarin itu saya melihat ada yang jualan bawang goreng yang sudah dibungkus dalam botol plastik. Saya berniat membelinya untuk oleh-oleh. Jadilah pagi itu sekitar jam 06.30 pagi, kami berdua menyusuri jalanan menuju ke pasar Kanoman.

penjual bawang merah dan putih goreng di pasar Kanoman Cirebon
Ternyata di sepanjang jalan Ampera di hari Minggu pagi, tidak banyak yang menjual sarapan atau jajanan pasar. Kami baru menemukan warung Tegal di ujung jalan Ampera, tepatnya di seberang hotel Sampurna. Saking laparnya, saya lupa memotret makanan yang saya pesan, hehehe. Waktu itu, saya memesan nasi putih, oseng kecambah, dan telur ceplok. Minumnya teh tawar hangat. Rasa oseng kecambahnya biasa saja, tapi terobati rasanya oleh teh tawar hangat. Tehnya sendiri tidak terlalu kental, tapi juga tidak terlalu encer. Rasanya tidak pahit walaupun cenderung sepat. Namun, itulah yang membuat aroma teh ini begitu melekat di ingatan. Di warteg ini, kami menghabiskan uang sebesar Rp 26.000,-.

                                            DOCANG                                        

Warung Tenda Docang
Setelah membeli bawang merah goreng, terasi dan teri asin di Pasar Kanoman, serta jalan-jalan sebentar di Keraton Kanoman, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Tadinya saya ingin berjalan kaki saja, tapi tampaknya udara sudah mulai panas menyengat sehingga suami memutuskan untuk order Grab Car. Sebelum order, saya melihat tenda putih yang berjajar di sepanjang jalan di luar pasar Kanoman. Lalu saya tertarik melihat tulisan salah satu tenda yang menjual Docang, Kuliner Khas Cirebon, begitu yang tertulis di banner depan tenda. Tanpa pikir panjang, saya bertanya pada suami, "Boleh ya aku makan Docang dulu, penasaran Docang itu apa sih." Alhamdulillah, suami memperbolehkan, hehehe.

Docang, kuliner khas Cirebon

Sesampainya di tenda Docang, saya memesan seporsi Docang karena suami bilang beliau masih kenyang. Kata Ibu penjualnya, Docang ini adalah salah satu kuliner kesukaan Sultan Cirebon. Namun, sayangnya saya tidak bertanya lebih lanjut, Sultan Cirebon yang keberapa, hiks. Docang ini isinya adalah ketupat dipotong-potong, dicampur daun singkong rebus yang dicacah halus dan kecambah yang direndam air panas. Campuran itu diguyur kuah kaldu dan oncom, kemudian ditaburi kerupuk putih yang diremuk. Rasa kuahnya gurih dan ringan karena memang bening. Bila Teman ReeNgan sudah pernah mencoba sambal tumpang Yogyakarta atau petis Bumiayu, rasa Docang ini mirip seperti itu. Tampaknya Docang ini terkenal sekali ya, soalnya saya melihat banyak warga asli yang membelinya. Di sepanjang jalan ini, banyak sekali warung tenda yang menjual Docang, Teman ReeNgan tinggal memilihnya.

                             EMPAL GENTONG                         

Tahu Sumedang
Ternyata di sebelah tenda penjual Docang, juga ada yang berjualan tahu Sumedang. Suami membeli sebungkus tahu Sumedang yang baru diangkat dari penggorengan seharga Rp 7.000,-. Tahunya gurih dan tidak berminyak. Cocok untuk camilan ketika jalan-jalan di pasar, hehehe.

Empal Gentong Pasar Kanoman Cirebon

Selain tahu Sumedang, berjejeran dengan tenda Docang juga ada yang berjualan Empal Gentong. Demi melihat saya lahap ketika makan Docang, suami pun jadi lapar dan akhirnya memesan seporsi empal gentong. Ternyata empal gentong ini berkuah kuning dengan taburan irisan daun kucai. Suami bilang kalau empal gentong di sebelah ibu penjual Docang ini kurang rasa dan kurang daging.

Kami membayar Rp 50.000,- untuk seporsi Docang, Empal Gentong + nasi, dan 2 gelas es teh manis. Saya rasa ini terlalu mahal. Mungkin lain kali bila balik lagi ke Cirebon, saya akan mencoba Empal Gentong yang dijual di restoran untuk perbandingan saja.

                    MIE AYAM SPESIAL MANGANA                  

Warung Mangana Balungan, Jalan Ampera Kota Cirebon
 Selesai melahap Docang dan Empal Gentong, kami pun memesan Grab Car dan balik ke hotel untuk beristirahat dan membereskan barang-barang kami karena kami akan check out  jam 12.00 siang. Setelah check out, kami mampir sebentar di produsen manisan khas Cirebon, Taci Kembar di Jl. Garuda Mas tidak jauh dari hotel. Kami membeli sebungkus manisan kering mangga dan manisan kering bunga Rosella seharga Rp 20.000,-/bungkus. Mangga ini diiris-iris kemudian dijemur lalu ditaburi gula pasir. Rasa manisan mangga dan rosellanya manis asam tapi enak dan tidak berhenti memakannya. Di toko itu juga menyediakan beberapa jenis manisan lainnya lagi, tapi kami tidak bertanya lebih lanjut karena kami sudah lapar, hehehe.

Manisan buah yang sedang dijemur (Manisan Taci Kembar, Jl Garuda Mas Kota Cirebon)

Kami balik lagi ke warung makan Baso dan Sop Balungan Mangana. Kali ini saya memesan mie ayam spesial dengan es teh manis, dan suami memesan ayam bakar + nasi dengan es teh manis. Porsi es teh manisnya tetap JUMBO seperti sebelumnya, hehehe.

Mie Ayam Spesial (Warung Mangana Balungan Jl Ampera Kota Cirebon)

Ketika mie ayam spesial saya datang, saya heran dengan kuahnya. Jadi, mie ayam spesial itu isinya mie, ayam cincang yang dibumbu kuning ditambah 2 buah ceker ayam yang juga sudah dibumbui dan ditaburi irisan daun bawang serta bawang merah goreng. Tapi masih ada 2 mangkok kecil lagi yang isinya kaldu. Satu mangkuk berisi kaldu sop daging, sedang satunya berisi kaldu bakso dan 1 buah bakso urat besar.

Saya sarankan untuk tidak menambahkan kecap manis di sini, karena kuah ayam di mie ayam sudah berasa gurih dan manis. Rasa mie ayamnya enak dan tidak terlalu banyak MSG. Rasa bakso uratnya juga enak dan gurih, tetealn dagingnya berasa banget. Trus cekernya, hmmmm... yummmy. Rasanya manis, gurih, enak dan lembut sekali dagingnya.

                        AYAM BAKAR MANGANA                     

Ayam Bakar (Warung Mangana Balungan Jl Ampera Kota Cirebon)

Pagi hari di hotel, suami bilang bahwa beliau penasaran dengan ayam bakar di warung Mangana Jalan Ampera. Saat kami memakan Baso dan Sop Iga, beliau melihat ada yang memesan ayam bakar dan beliau melihat warna ayam bakarnya yang cokelat mengkilap. Pokoknya menggugah selera, begitu beliau bilang. Jadi tanpa pikir panjang, keesokan harinya, beliau langsung memesan ayam bakar dengan nasi.

Benar saja, begitu ayam bakarnya datang ke meja kami, saya pun jadi ngiler kepingin juga. Dari warnanya yang cokelat seluruhnya dan baunya yang menggoda selera, saya pun akhirnya meminta bagian, wkwkwk. Dari sejumput ayam yang diberikan oleh suami, saya acungi jempol rasanya. Ada rasa gurih, manis tapi tidak terlalu manis, dan rasa jahe yang justru membuat ayam ini menjadi lebih enak. Rasa bumbunya pun meresap sampai ke daging putihnya. Suami sampai bertanya-tanya bagaimana mereka bisa membuat bumbunya terserap sempurna ke dalam. Begitu juga dengan sambalnya, rasa pedasnya tida serta merta nendang, tapi sedikit-sedikit, awalnya tidak pedas, tapi lama kelamaan menjadi pedas di mulut. Sambal di sini saya rasa adalah sambal terasi, karena terasi gorengnya berasa sekali, tapi tidak berbau terasi.

Kami membayar Rp 40.000 untuk seporsi mie ayam spesial, ayam bakar + nasi, dan 2 gelas JUMBO es teh manis. Lumayan murah, kan?

Di Cirebon, kami menginap di hotel ini : Airy Syariah CSB Garuda Raya 20 Kota Cirebon.

Wisata kuliner hari kedua selesai sudah. Kami akhirnya memutuskan untuk langsung ke stasiun Cirebon Prujakan saja karena waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 siang sedangkan kereta kami berangkat pukul 15.15 sore. Ternyata keputusan suami ini benar adanya, karena tidak lama kemudian hujan turun dengan derasnya. Ada satu bapak yang akhirnya ketinggalan kereta. Oh iya, untuk yang mau sholat, di stasiun Cirebon Prujakan ini ternyata musholla terletak di sebelah luar stasiun. Jadi, kita bisa sholat dulu sebelum masuk ke stasiun. Ah sayangnya saya lupa foto-foto di stasiun. Waktu itu tidak terpikir. Btw, toilet wanita di dalam stasiun ini bersih sekali walaupun hanya ada 2 toilet untuk umum, dan 2 lagi untuk penyandang disabilitas. kata suami, toilet prianya juga bersih, dengan 3 urinoir dan 1 toilet jongkok serta 1 toilet duduk untuk penyandang disabilitas.

Ahh... masih banyak sebetulnya yang ingin saya kunjungi di Cirebon seperti Gua Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, sentra batik Trusmi, Taman Nasional Gunung Ceremai, Makam Sunan Gunung Jati, dan pasar Tegal Gubug. Suami juga masih penasaran dengan beberapa kuliner Cirebon yang belum beliau coba. Semoga lain kali kami bisa kesini lagi dan mengeksplore lebih banyak tujuan wisata Cirebon lainnya. Btw, kalau mau jalan-jalan di Cirebon, siapkan payung, sunblock dan handuk basah ya, biar udara panasnya Cirebon tidak menghalangi kita untuk menikmati kuliner dan tempat wisatanya ^_^.

Bagiamana? Teman ReeNgan kepingin juga ke Cirebon? Yuk ah cuss! ^_^ [] Riski Ringan

6 comments:

  1. Aku penasaran sama rasa docangnya mbk. Unik ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rasanya mirip sambal tumpang Yogyakarta, Mba. Tapi seger karena ada kuah beningnya.

      Delete
  2. Kirain Docang Cirebon sama kayak Doclang Bogor. Ternyata beda banget. Ah, jadi penasaran nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku malah jadi penasaran dengan Doclang Bogor, Mba. ^_^

      Delete
  3. Aku pernah ngerasain semua kecuali docang deh Mbak... Keliatannya kok menggiurkan

    ReplyDelete
  4. Waa.. Kuat juga ya makan berentet begitu. Bikin ngiler makanannya :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...